Sunday, September 16, 2012

Shalat Subuh Sebuah Ujian

"Sesungguhnya shalat yang paling berat bagi orang munafik adalah shalat Isya' dan shalat Subuh. Sekiranya mereka mengetahui apa yang terkandung di dalamnya, niscaya mereka akan mendatangi keduanya sekalipun dengan merangkak." 

Memang betapa mudahnya lidah mengatakan kalimat “islam”, namun alangkah sulitnya menancapkan “iman” di dalam hati manusia.


"Orang-orang Arab Badui itu berkata, "kami telah beriman." katakanlah (kepada mereka), kamu belum beriman, tetapi katakanlah 'kami telah tunduk,'karna iman itu belum masuk ke dalam hatimu. Jika kamu taat kepada Allah  dan Rasul-Nya, Dia tidak akan mengurangi sedikitpun (pahala) amalanmu. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.'." (QS Al-Hujarat :14)

      Kebanyakan ungkapan lidah tidak sesuai dengan keyakinan hati. Begitu juga, beribu ungkapan lidah tidak sesuai dengan keyakinan hati. Begitu juga, beribu ungkapan lisan tidak sesuai dengan amal perbuatan. Mukmin yang benar dan jujur adalah yang sesuai antara perkataan dan perbuatannya. Sedangkan orang munafik, secara lahiriah kelihatan bagus dan bersih, namun hatinya keras bagaikan batu atau bahkan lebih keras lagi.

       Allah swt mengetahui apa-apa yang ada di dalam hati. Mengetahui mata yang tidak jujur dan segala yang tersembunyi dalam dada. Mengetahui yang munafik dari yang mukmin, serta mengetahui yang dusta dari yang jujur. Namun terserah pada kehendak-Nya untuk memberikan ujian-ujian tertentu, guna mengetahui rahasia hati yang tersembunyi dalam jiwa, serta menunjukkan siapa yang hanya berbicara tanpa melaksanakan apa yang ia katakan, atau meyakini sesuatu, namun tidak merealisasikannya.

    Tujuan ditampakkannya rahasia hati itu karena Allah swt ingin menegakkan hujjah (alasan) atas manusia, agar di hari kiamat nanti tidak ada seorang pun yang merasa terzalimi dan teraniaya. Mereka diberi ujian, akan tetapi sebagian besar gagal dalam ujian tersebut. Lebih dari pada itu, melalui ujian, Allah ingin membersihkan barisan orang-orang mukmin dari orang-orang munafik, sebagai rahmat dari Allah bagi orang-orang mukmin. Karena, bercampurnya orang mukmin dengan orang munafik akan melemahkan barisan, menyebabkan kegoncangan, dan mengakibatkan kekalahan serta kehancuran.

Allah SWT berfirman perihal orang-orang munafik :

      "Jika mereka berangkat bersama-sama kamu, niscaya mereka tidak menambah kamu selain dari kerusakan belaka. Tentu mereka bergegas-gegas maju ke muka di celah-celah barisanmu, untuk mengadakan kekacauan di antaramu; Sedang diantara kamu ada yang amat suka mendengarkan perkataan mereka. Dan Allah mengetahui orang-orang yang zalim".(QS At-Taubah : 47)

      Jadi, rahmat Allah swt yang dikaruniakan kepada orang mukmin mengharuskan adanya ujian. Untuk ini untuk membedakan antara mukmin dan munafik, antara yang jujur dan yang dusta.

      Ujian merupakan sunnah ilahiyah yang berlaku sejak zaman dahulu. Allah swt menjadikan ujian sebagai standar bagi semua manusia tanpa kecuali, semenjak diciptakan Adam as sehingga hari kiamat kelak.

Allah berfirman dalam kitab-Nya :

     "Alif lam mim. Apakah manusia mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka tidak di uji lagi ? Dan sesungguhnya kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya dia mengetahui orang-orang yang dusta.(QS Al-Ankabut: 1-3).

Karakteristik Ujian

      Ujian memiliki ciri-ciri khusus

     Pertama, ujian harus sulit.sebab, kalau ujian tidak sulit, atau bahkan sangat mudah, maka semuanya akan lulus, baik mukmin maupun munafik. Akhirnya ujian tidak bisa membedakan antara mukmin dan munafik.

    Kedua, ujian tersebut bukanlah sesuatu yang mustahil. Sebab, kalau ujian tersebut mustahil dilakukan, maka kedua-duanya akan gagal, baik mukmin maupun munafik.

    Ketiga, ujian ini harus seimbang. Artinya, sulit bagi munafik untuk lulus dalam  ujian itu. Namun bukan berarti pula mustahil di lakukan. Sehingga, terbuka kesempatan bagi mukmin untuk lulus dalam ujian tersebut.

    Ujian Allah SWT untuk hamba-Nya tidak sedikit jumlahnya, dan berlaku terus menerus sejak manusia mendapat beban syariat, sampai datangnya kematian.

    Jihad di jalan Allah merupakan ujian. Bahkan jihad merupakan ujian yang sangat berat, namun bukan mustahil di lakukan. Sebab, orang-orang mukmin bisa lulus dalam ujian ini. Sedangkan orang-orang  munafik, tidak akan lulus.

     Infak  di jalan Allah adalah ujian. Ujian ini sulit, tetapi bukan sesuatu yang mustahil. Orang mukmin mampu melaksanakannya. Sedangkan orang munafik, tidak akan mampu.

      Begitu pula bersikap baik terhadap sesama manusia juga ujian; menahan amarah juga ujian; ridha dengan hukum Allah juga ujian; berbuat baik kepada orang  tua juga ujian. Demikian seterusnya....hingga seluruh aspek kehidupan menurut sudut pandang ini adalah ujian.

Allah swt berfirman :

"Dialah yang menjadikan mati dan hidup, agar Dia menguji siapakah di antara kamu yang lebih/paling baik amalnya. Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun."  (Q.S. Al-Mulk : 2)

    Ujian memiliki variasi tingkat kesulitan. Seorang mukmin harus lulus dalam semua ujian itu untuk membuktikan kebenaran imannya, dan untuk menyelaraskan antara lisan dan hatinya.

Ujian yang Berat

       Inilah ujian yang sesungguhnya. Ujian yang sulit, namun bukan satu hal yang mustahil. Nilai tertinggi dalam ujian ini bagi seorang laki-laki adalah Shalat Subuh secara rutin berjamaah di masjid. Sedangkan bagi perempuan, Shalat Subuh tepat pada waktunya di rumah. Manusia dianggap gagal dalam ujian penting ini, mana kala mereka Shalat tidak tepat waktu,sesuai yang telah di tetapkan oleh Allah swt.

      Beragam sikap manusia dalam menunaikan Shalat wajib. Ada yang mengerjakan sebagian besar Shalatnya di masjid, namun meninggalkan sebagian yang lain. Ada pula yang melaksanakan Shalat sebelum habis waktunya, namun dikerjakan di rumah. Dan ada pula sebagian orang yang baru mengerjakan Shalat setelah lewat batas waktunya.

        Yang terbaik di antara mereka adalah  yang  mengerjakan Shalat wajib secara berjamaah di masjid pada awal waktu.

         Rasulullah saw  telah membuat klasifikasi yang beliau jadikan sebagai tolak ukur untuk membedakan antara orang mukmin dengan orang munafik. Diriwayatkan dari Abu Hurairah "Rodiallahu 'Anhu", ia berkata bahwa Rasulullah saw bersabda yang artinya :

"Sesungguhnya shalat yang paling berat bagi orang munafik adalah shalat Isya' dan shalat Subuh. Sekiranya mereka mengetahui apa yang terkandung di dalamnya, niscaya mereka  akan mendatangi  keduanya sekalipun dengan merangkak. Sungguh, aku ingin menyuruh  melaksanakan shalat, lalu shalat itu di tegakkan, kemudian aku perintahkan  seseorang untuk mengimami shalat bersama orang-orang. Kemudian beberapa lelaki  berangkat bersamaku dengan membawa kayu yang terikat, mendatangi suatu kaum yang tidak menghadiri shalat berjamaah, sehingga aku bakar rumah mereka." (HR Al-Bukhari dan Muslim).

      Coba anda bayangkan. Betapa agung permasalahan ini dan betapa besar kejahatan dalam persoalan ini, sampai-sampai Rasulullah saw pemimpin yang dikenal dengan segenap kasih sayang dan kelembutan terhadap umatnya hendak membakar rumah-rumah mereka.

      Namun, saya melihat pancaran kasih sayang dan kelembutan dalam kalimah tersebut. Dengan ungkapan lain, beliau sebenarnya ingin menyelamatkan umatnya dari api akhirat, dengan menakut-nakuti mereka dengan api dunia. Meski antara api akhirat dan api dunia sungguh begitu jauh perbedaannya.

     Apabila Rasulullah saw meragukan keimanan seseorang, beliau akan menelitinya pada saat Shalat Subuh. Apabila beliau tidak mendapati orang tadi Shalat Subuh, maka benarlah apa yang beliau ragukan dalam hati. 

     Ubai bin ka'ab r.a. berkata, "Suatu ketika saat Rasulullah saw Shalat Subuh, beliau bertanya, 'Apakah kalian menyaksikan bahwa si Fulan Shalat?' Mereka menjawab, Tidak.' Beliau berkata lagi, 'Si Fulan?' Mereka menjawab, 'Tidak.' Maka, beliaupun bersabda :

"Sesungguhnya dua Shalat ini (Subuh dan Isya') adalah shalat yang berat bagi orang munafik. Sesungguhnya, apabila mereka mengetahui apa yang ada di dalam  shalat subuh dan shalat isya', maka mereka akan mendatanginya, sekalipun dengan merangkak." (HR Ahmad dan An-Nasa'i).

     Orang munafik tidak tahu kebaikan yang terkandung dalam Shalat Subuh berjamaah di masjid. Sekiranya mereka mengetahui kebaikan yang ada di dalamnya, niscaya mereka akan pergi ke masjid, bagaimanapun kondisinya, sebagaimana sabda Rasulullah saw : "Maka mereka akan mendatanginya, sekalipun dengan merangkak."

     Saya berharap Anda membayangkan ketika ada seorang laki-laki yang tidak mampu berjalan, tidak ada orang yang membantunya bergerak. Dalam kondisi yang sedemikian rupa, ia bersikeras untuk mendatangi masjid. Ia merangkak dan merayap di atas tanah untuk mendapatkan kebaikan yang terkandung dalam Shalat Subuh berjamaah. Sekiranya kita mengetahui betapa besar nilai shalat ini, kemudian kita saksikan ada orang yang meninggalkan Shalat Subuh berjamaah di masjid, maka kita akan mengetahui betapa besar musibah yang menimpanya.

     Tentu saja kata-kata saya ini bukan untuk menuduh orang-orang yang tidak menegakan Shalat Subuh di masjid pada masa sekarang dengan sebutan munafik. Saya bukanlah orang yang memiliki otoritas untuk menghukumi orang lain dengan sebutan ini. Allah Maha  Tahu akan kondisi setiap orang muslim. Namun, saya mengungkapkan hal ini agar kita mau mengoreksi diri, orang-orang yang kita cintai, anak-anak, serta sahabat-sahabat kita.

      Kalau seseorang meninggalkan Shalat ini dengan sengaja, maka kesengajaan tersebut adalah bukti nyata dari sifat kemunafikan. Barang siapa ada pada dirinya sifat ini, hendaklah ia segera bermuhasabah (introspeksi diri). Sungguh, di khawatirkan su'ul khatimah (akhir hayat yang buruk) akan menimpanya. Oleh sebab itu, mari kita memohon kepada Allah  agar mengaruniai kita dan segenap kaum muslimin kesehatan,  keselamatan, dan husnul khatimah (kesudahan hidup yang baik).

Batas Waktu Shalat Subuh

"Shalat Subuh memang shalat wajib yang paling sedikit jumlah rekaatnya; hanya dua rekaat saja. Namun, ia menjadi standar keimanan seseorang dan ujian terhadap kejujuran, karena waktunya sangat sempit".
 
Saya pernah berbincang tentang masalah Shalat Subuh dengan teman-teman. Salah seorang diantara mereka berkata, "Alhamdulillah, saya selalu keluar rumah pada pagi hari setelah Shalat Subuh".
   
       Dengan santai saya bertanya, "Kapan Anda bangun tidur ?" "Kira-kira jam 07.30! Pertama kali yang saya  lakukan adalah wudhu dan Shalat Subuh."

     Saya  menimpali perkataannya, "Subhanallah, itu sudah lewat waktu Subuh!" Dia berkata, "Apa maksud Anda? Bukannya waktu setiap Shalat itu sejak awal waktu datangnya Shalat sampai datang waktu Shalat berikutnya? Jadi, waktu Shalat Subuh itu ya sejak terbit fajar sampai datangnya waktu Shalat Zhuhur."

       Saya menjawab, "Apa yang ada katakan memang berlaku  untuk waktu semua Shalat, kecuali Shalat Subuh. Karena  waktu Subuh itu dari terbit fajar sampi matahari terbit saja. Waktunya sangat terbatas, sempit, dan sulit. Oleh sebab itu, Shalat Subuh merupakan ujian. Sekiranya waktunya panjang sampai Shalat Zhuhur, dimana letak ujiannya ?

       Shalat Subuh memang Shalat wajib yang paling sedikit jumlah rakaatnya; hanya dua rakaat saja. Namun, ia menjadi standar keimanan seseorang dan ujian terhadap kejujuran, karena waktunya sangat sempit."

      Betapa mengherankan teman saya tadi. Ia tidak mengetahui sesuatu yang semesti nya diketahui. Alangkah sedihnya saya dengan kenyataan betapa minim pengetahuan orang-orang tentang Islam sampai-sampai ada orang Islam yang tidak mengetahui batas waktu-waktu Shalat wajib! Dalam pembahasan ini, kita tidak berbicara tentang waktu Shalat Dhuha atau Shalat Tahajud (Shalat malam), namun kita berbicara waktu Shalat Subuh.

      Saya jadi teringet dengan satu kejadian yang menggelikan sekaligus memprihatinkan, yaitu tentang sebuah acara perkemahan bagi satgas/kepanduan sebuah partai politik. Dalam jadwal acara perkemahan yang tertempel pada sejumlah dinding lebih dari satu  tempat tertera pada baris pertama: "Bangun dan Shalat  Subuh jam delapan pagi!"

        Saya bergumam dalam hati, "Demi  Allah, ini dalah kejahatan yang terencana!" Ada tujuan tersembunyi, dengan target berusaha merendahkan dan menyepelekan kewajiban yang di tetapkan Allah swt.

      Waktu Shalat merupakan persoalan yang sifatnya tauqifiyyah (baku). Artinya, ketentuan mengenai kapan waktu Shalat bukanlah ijtihad manusia, tetapi telah di tentukan dengan jelas dan detail dalam hadits Rasulullah saw.

Diriwayatkan  dari Abdullah bin Amru bin Al-Ash ra. bahwa Rasulullah  saw bersabda :

 "Waktu shalat Subuh dari terbit fajar sampai terbit matahari". (HR. Muslim)

      Dengan demikian, tidak ada lagi keraguan mengenai kapan batas waktu Shalat Subuh. Rasulullah saw telah menegaskan pengertian ini dalam sebuah hadits dari Abu Hurairah ra,, ketika beliau bersabda :

      "Barang siapa yang mendapatkan satu rekaat shalat Subuh sebelum terbit matahari, maka ia telah melaksanakan shalat Subuh".(HR At-Tirmidzi)

       Maknanya, barang siapa telah mengerjakan satu rekaat Shalat Subuh secara sempurna  sebelum terbit matahari, maka ia di anggap telah melaksanakan Shalat Subuh pada waktunya. Sedangkan orang yang belum melaksanakannya dengan batasan satu rekaat, maka wajib baginya untuk meng qadha'  (mengganti/mengulang) Shalat Subuh. Hal  ini tidak diragukan lagi merupakan permasalahan yang sangat penting.

        Namun yang tak kalah penting, ujian Shalat Subuh berfungsi untuk membedakan antara  orang munafik dan orang beriman, antara  orang jujur dengan orang yang dusta. Jadi, bukan sekedar mengerjakan Shalat sebelum terbit matahari. Mereka yang sukses dalam ujian ini adalah mereka yang Shalat Subuh berjamaah di masjid, bagi laki-laki.

        Sedangkan bagi perempuan walau Shalat di masjid diperbolehkan Shalat di rumah adalah lebih baik dan lebih banyak pahalanya. Hal ini terdapat dalam hadits shahih dari Ibnu Umar ra. Ia berkata, bahwa Rasulullah saw bersabda:

"Janganlah kalian melarang wanita-wanita kalian shalat di masjid. Sedangkan shalat mereka di dalam rumah adalah lebih baik. (HR.Abu Daud)

        Demikian juga dalam hadits Ummu Hamid As-Sa'idiyyah ra. Ummu Hamid ra mendatangi Rasulullah saw dan berkata, "Wahai Rasullah, sesungguhnya saya sangat menyukai Shalat bersama Anda."Rasulullah saw pun bersabda:

"Engkau telah mengetahui. Shalatmu di bilikmu lebih baik dari pada shalatmu di kamarmu. Shalatmu di kamarmu lebih baik dari pada shalatmu di (ruang yang lebih luas) di rumahmu. Shalatmu di (ruang yang lebih luas) di rumahmu itu lebih baik dari pada shalatmu di masjid kaummu. Shalatmu di masjid kaummu lebih baik dari pada shalatmu di masjidraya. Dan besarnya pahala shalat seorang wanita di rumahnya merupakan rahmat Allah baginya dan masyarakat".(HR Ahmad dengan sanad hasan dan Ath-Thabarani)

       Besarnya pahala Shalat di rumah merupakan rahmat Allah swt bagi kaum wanita sekaligus bagi masyarakat. Tujuanya untuk menghindari Fitnah (keruksakan), lebih menjaga wanita, dan lebih melindunginya. Selain itu, juga untuk menjaga anak-anak di rumah, para lanjut usia, serta manfaat lainnya. Maha Suci Allah yang telah menurunkan syariat yang penuh hikmah ini !

         Berkaitan dengan persoalan yang tengah kita bicarakan, maka ujian yang membedakan antara wanita munafik dan wanita mukminah adalah Shalat pada permulaan waktu. Wanita mukminah yang lulus ujian adalah mereka yang mengerjakan  Shalat Subuh pada saat para pria sedang Shalat di masjid. Sedangkan wanita yang belum kokoh keimanannya, ia baru mengerjakan Shalat Subuh sesaat menjelang terbit matahari. Atau, ia adalah sosok wanita yang karena kesibukannya baru sempat Shalat Subuh setelah terbit matahari ! Na'udzubillah .

        Saya sama sekali tidak bermaksud menambah berat beban hidup Anda, atau membebani Anda dengan sesuatu yang tidak mampu di kerjakan. Demi Allah, saya hanya berbicara tentang hakikat syariat Allah. Saya pun hanya menyampaikan kepada Anda, hukum yang sudah pasti, yang tidak ada kerancuan dan keraguannya lagi. Dan saya hanya menyampaikan persoalan yang sudah menjadi kesepakatan ulama, yang tidak ada lagi perbedaan dan perselisihan tentangnya.

     Orang yang melaksanakan Shalat Subuh setelah terbit matahari dengan sengaja, berarti dia telah meninggalkan kewajiban yang telah di tetapkan Allah dengan sengaja. Ini sangat berbahaya !

Diriwayatkan dari Ummu Aiman ra, bahwa Rasullah saw bersabda  :

Janganlah kalian meninggalkan shalat secara sengaja. Barang siapa yang telah meninggalkan shalat secara sengaja, maka Allah dan Rasul-Nya telah lepas tanggungan darinya. (HR Ahmad)

       Begitulah, barang siapa yang menyetel jam wekernya pukul tujuh atau setengah delapan atau intinya setelah terbit matahari sungguh ia telah meninggalkan Shalat dengan sengaja. Selanjutnya, ia harus memikul tanggung jawab yang sangat besar akibat perbuatannya itu.

         Di sisi lain, amal-amal apakah yang paling di cintai Allah swt ? Petanyaan semisal pernah di lontarkan oleh Abdullah bin Mas'ud ra kepada Rasulullah saw. Beliaupun menjawab,  sebagaimana di sebutkan dalam riwayat Al-Bukhari dan Muslim, "Amal yang paling di cintai Allah Ta'ala adalah shalat (tepat) pada waktunya."

        Abdullah bertanya, "kemudian apa lagi?" Beliau menjawab, "Berbuat baik kepada kedua orang tua." Abdullah bertanya lagi, " Lalu apa lagi? Rasullah saw menjawab, "Jihad fi sabilillah."

     Selanjutnya, marilah bersama kita renungi, bagai mana Rasullah saw mendahulukan Shalat pada waktunya, dari pada berbuat baik kepada kedua orang tua yang begitu besar pahalanya. Dan, bagaimana beliau lebih mendahulukannya atas jihad fi sabilillah yang merupakan puncaknya Islam.

         Subhanallah, saya tidak tahu, bagaimana bisa shalat Subuh disepelekan oleh sebagian besar kaum muslimin?! Banyak kita dapati orang-orang Islam yang memelihara Shalat-Shalat yang lain, mereka mengerjakan shalat Zhuhur sebelum adzan Ashar, Shalat Ashar sebelum adzan Maghrib, dan seterusnya sementara Shalat Subuhnya hampir-hampir menjadi kewajiban yang terlupakan begitu saja. La haula wala  Quwwata illa billah.


Shalat Subuh. Mustahilkah ?

"Adalah mustahil bila ada orang yang mengatakan "Mustahil bagi saya untuk bangun shalat Subuh".Sesungguhnya permasalahannya kembali pada kemauan. Anda mau atau tidak ?".

     Seorang teman berkata kepada saya, "Sebenarnya saya sudah tahu kapan harus Shalat Subuh. Sayangnya, mustahil bagi saya untuk bangun pada saat itu. Anda tidak tahu bagaimana kondisi saya. Kondisi fisik saya tidak mengizinkan. Tuntutan pekerjaan juga tidak memungkinkan. Situasi rumah dan minimnya penghasilan tidak bisa membantu. Bukankah Allah seperti yang Anda ketahui Maha Pengampun  lagi Maha Penyayang? Tentunya akan mentolerir keadaan saya ini dan mengampuni dosa saya."

      Saya pun menanggapi kata-katanya tersebut, "Perkataan bahwa Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang adalah perkataan yang benar. Namun dalam hal ini Anda gunakan untuk maksud yang keliru. Itu sama saja dengan membuka pintu masuk lebar-lebar bagi setan. Bila Allah mengampuni setiap manusia jujur dan manusia pendusta, orang taat dan orang bermaksiat, orang yang cinta akan syariat-Nya dan orang yang tidak suka, lantas apa gunanya amal?! Dan, untuk apa orang yang taat kepada Allah menekan atau memaksa hawa nafsunya, sehingga ia harus bangun di tengah malam yang begitu dingin untuk pergi ke masjid ?"

        Memang, Allah swt Maha Pengampun lagi Maha Penyayang, mengampuni dosa siapa yang memohon ampunan kepada-Nya. Akan tetapi, kata-kata saja tidak cukup. Kesungguhan memohon ampun harus di buktikan dengan amal. Cobalah Anda renungi firman Allah swt di bawah ini :

"Dan sesungguhnya Aku Maha Pengampun bagi orang yang bertaubat, beriman,beramal shalih, kemudian tetap di jalan yang benar". (QS. Thaha : 82)

     Tidak semua manusia mendapat ampunan dari Allah swt. Syaratnya, ia harus bertaubat secara sungguh-sungguh,  keimanan yang benar, amal shalih, dan mengikuti petunjuk Allah swt.

      Penyebutan sifat Allah  Maha Pengampun lagi Maha Penyayang sering kali di sertai pula dengan sifat lain yang mengandung makna hukuman dan pahala, atau balasan bagi yang melanggar atau tidak mematuhi syariat-Nya.

"Kabarkanlah kepada hamba-hamba Ku, bahwa sesungguhnya Akulah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang, dan bahwa sesungguhnya adzab-Ku adalah adzab yang sangat pedih". (Al-Hijr : 49-50).

     Ungkapan "Kemustahilan" pada kehidupan seseorang  untuk melaksanakan Shalat Subuh pada waktunya, sebenarnya masih bisa kita diskusikan.

    Maaf, bukan maksud saya untuk meragukan adanya "kemustahilan" yang menyebabkan Anda tidak mampu untuk bangun di pagi hari guna menunaikan Shalat Subuh. Saya hanya bermaksud mengajak Anda bersama-sama saya merenungkan beberapa hal di bawah ini.

Pertama, Allah SWT tidak membebani hamba kecuali sesuai kadar kemampuannya.

"Allah SWT berfirman : Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya". (QS.Al- Baqarah : 286).

     Ini merupakan salah satu kaidah paling dasar dari akidah-kaidah syariat Islam. Ketentuan dan syariat agama, bukanlah buatan manusia, yang mengandung kemungkinan cocok dan tidak cocok. Namun syariat tersebut murni dari Allah, Rabb semesta alam. Dia mengetahui usaha dan kemampuan ciptaan-Nya dengan pengetahuan yang pasti.

"Dia Maha Halus lagi Maha Mengetahui". (QS. Al- Mulk :14)

     Dengan demikian, semua hukum syariat berada pada batas yang mampu di kerjakan oleh hamba Allah. Kita tidak meragukan hal itu. Selanjutnya, marilah kita bertanya pada diri kita masing-masing :
  •  Apakah Shalat Subuh merupakan sebuah kewajiban, ataukah tidak ?
  •  Apakah Shalat Subuh kewajiban bagi setiap muslim, atau ada yang di kecualikan ?

     Jawabnya tentu sangat jelas: Shalat Subuh wajib bagi setiap muslim dan mukmin seseorang yang meyakini  keadilan Allah, kebijakksanaan, dan pengetahuan-Nya masih merasa bahwa kewajiban melaksanakan Shalat Subuh adalah sesuatu yang mustahil.

Kedua : Fenomena orang-orang Amerika

     Pada keseharian mereka terdapat pelajaran berharga yang bisa kita ambil hikmahnya. Waktu itu saya berkunjung ke Amerika. Pada saat saya pulang dari Masjid Raya setelah melaksanakan Shalat Subuh, sekitar jam enam pagi saya menjumpai di jalan-jalan utama dan jalan-jalan tol sangat ramai. Jalanan dipenuhi mobil-mobil. Kesan pertama saya : heran! Namun akhirnya saya terbiasa menyaksikan pemandangan ini. Mereka bangun pagi untuk pergi ke tempat kerja. sebagian besar mereka bekerja di tempat yang jauh dari rumah, sehingga terpaksa bangun jam lima pagi waktu Shalat Subuh supaya bisa berangkat ke tempat kerja tepat waktu.

     Mereka itu orang-orang Kristen, Yahudi, dan Atheis. Jumlahnya pun tidak sedikit. Mereka bangun pagi untuk kehidupan dunia, pada saat bersamaan dengan waktu Shalat Subuh. Hajat kemanusiaan mampu mendorong mereka untuk bangun pagi-pagi. Namun mengapa seorang mukmin tidak mau mengerahkan segenap potensinya untuk menyamai mereka bangun pagi ?

     Saya banyak menjumpai orang-orang Amerika di jalan-jalan ketika saya pergi ke masjid untuk Shalat Subuh. saya ulangi sekali lagi, "Saya pergi," bukan "Saya pulang." Maknanya mereka mau bangun  pagi-pagi sebelum Subuh tentunya untuk keperluan yang sangat penting.

     Saya pun berpikir, kira-kira apa ya tujuan penting mereka ini, sehingga mereka mau bangun pagi-pagi sebelum jam lima pagi dan memakai baju dinas? untuk apa mereka keluar dalam keadaan cuaca yang sangat dingin menuju jalan-jalan raya ?

        Tahukah Anda ?

       Ternyata mereka melakukan itu hanya untuk berjalan-jalan bersama anjingnya guna menghirup udara segar!

       Orang-orang Amerika, laki-laki dan perempuan bangun jam setengah lima pagi, karena hatinya terpaut dengan anjingnya yang terkurung di dalam rumah sepanjang hari. Mereka bangun pagi-pagi sekali supaya anjing-anjing bisa menghirup udara segar di jalanan.

       Saya berharap dari Anda, wahai saudaraku yang mulia. Mari bersama-sama memecahkan masalah penting ini. Orang Amerika Kristen, Yahudi atau kafir lainnya, bangun pagi-pagi demi anjingnya. Sedangkan sebagian orang Islam, atau kalau Anda ingin mengatakan: "Sebagian besar"  orang Islam, enggan bangun pagi demi Allah swt !

         Lalu, apa solusi Anda dalam masalah ini ?

 Bayangkan, karena cinta anjing mendorong pemiliknya untuk bangun, sedangkan cinta Allah tidak mendorong seorang hamba untuk bangun....?!

        Izinkan saya untuk membandingkan dua hal ini.

     Kemampuan fisik manusia mempunyai potensi untuk bangun pagi, namun potensi kekuatan hati tidak mampu mendorongnya untuk bangun pagi dengan alasan yang begitu memprihatinkan. Semoga Allah menyelamatkan kita !

Suatu Pagi Di Sebuah Seminar

     Saya pernah menghadiri sebuah seminar kedokteran di salah satu kota di Amerika. Saya terkejut ketika mengetahui bahwa sesi pertama seminar tersebut di mulai jam enam pagi. Benar, jam enam pagi.

     Saat itu waktu Shalat Subuh agak mundur (siang), dan saya selesai mengerjakan shalat Subuh kurang lebih jam enam seperempat (waktu setempat). Kemudian saya bergegas menuju ke tempat seminar saat itu juga. Dalam perjalanan saya membayangkan dengan yakin akan mendapati aula kosong. Siapa sih yang mau datang pagi-pagi buta seperti ini untuk menghadiri seminar?.

     Setiba di  aula, saya begitu terkejut. Apa yang saya temui jauh dari bayangan sebelumnya. Ternyata aula sudah penuh sesak. Mungkin ada sekitar tiga ribu orang. Hampir-hampir saya duduk di paling belakang.

    Sambil mendengarkan isi seminar, saya tak habis-habisnya berpikir, bagaimana mereka bisa mengatur hidupnya sehingga bisa mendatangi pertemuan ilmiah yang notabene bersipat pilihan, bukan kewajiban pada jam enam pagi? Di saat yang sama, mengapa sebagian umat Islam tidak bisa mengatur hidupnya untuk melaksanakan Shalat, yang notabene merupakan kewajiban, bukan sekedar pilihan?

   Saya yakin, jika umat Islam mampu memenuhi panggilan Shalat Subuh ini, niscaya Allah akan mengokohkan agamanya di muka bumi ini.

Ketiga : Kita tinggalkan orang-orang Amerika, mari tengok diri kita.

      Ketika Anda pergi ke Iskandariyah, atau ke Aswan, atau barangkali ke London atau ke Paris dengan waktu pemberangkatan kereta atau pesawat jam enam pagi, bisakah dengan potensi fisik Anda tiba di pesawat atau di kereta api tepat pada waktunya? Ataukah Anda tidak mampu menjangkaunya?

      Apakah ada kelonggaran bagi Anda untuk datang terlambat ke stasiun atau bandara? atau, kelonggaran tidak berlaku pada masalah ini, sehinga Anda pun mampu datang tepat waktu agar tidak tertinggal?!

      Ketika Anda bekerja di tempat yang sangat jauh dan pekerjaan di mulai jam tujuh pagi, apakah Anda bisa bangun di waktu fajar atau sebelumnya untuk pergi ke tempat Anda bekerja ? Atau anda akan selalu izin kepada pemimpin Anda setiap hari karena kondisi Anda tidak memungkinkan untuk pergi pagi-pagi? Atau karena kondisi fisik Anda merasa sangat  lemah ?

      Mengapa kita tidak bisa minta izin kepada pemimpin kita, padahal dia seorang manusia biasa. Namun di sisi lain, kita dengan begitu mudah setiap hari "meminta izin" pada Allah swt yang telah menciptakan kita dan juga pemimpin kita untuk terlambat mendirikan Shalat Subuh?

      Coba renungkan. Kalau seandainya ada seorang kaya raya berjanji akan memberi Anda uang setiap hari pada pukul lima pagi sebesar satu juta rupiah jika Anda datang tepat waktunya, apakah Anda akan mendatanginya? Apakah Anda akan beralasan  bahwa Anda tidur terlambat, atau karena Anda terikat dengan janji setelahnya, sehingga Anda tidak bisa datang ?

      Coba bayangkan. Sekiranya Anda benar-benar datang kepadanya dan mendapat satu juta rupiah setiap hari, niscaya Anda melakukan ini terus menerus satu tahun penuh, maka Anda akan mendapatkan 365 juta rupiah, bukan ?

      Kemudian bayangkan, setelah satu tahun, datang ajal kepada Anda. Bayangkan Anda di  bawa dengan keranda menuju liang lahat.

      Coba pikirkan bila Anda berada pada posisi ini. Silahkan Anda jawab pertanyaan ini dengan jujur.

     "Apakah Anda senang masuk liang lahat dengan membawa 365 juta, dan Anda tidak melaksanakan Shalat Subuh walau sekalipun? Ataukah lebih utama bila Anda masuk liang lahat dengan membawa 365 Shalat Subuh, dan Anda tidak bawa uang walau hanya seribu rupiah ?"

      Jawablah dengan sejujur-jujurnya! manakah yang lebih kekal dan lebih bermanfaat?

    Coba Anda bayangkan, betapa manusia begitu bersemangat bangun untuk mengumpulkan harta tetapi mereka tidak bangun untuk mengumpulkan kebaikan ! Apakah ia ragu akan datangnya kematian? Atau ragu akan hari berbangkit? Atau malah ia ragu akan adanya Allah swt ?

     Cobalah renungkan, kalau sekiranya istri atau ibu Anda membangunkan Anda pada jam empat pagi dan berteriak "Rumah tetangga kita kebakaran!"

      Jawablah dengan jujur ; Apakah Anda akan segera loncat dari tempat tidur dan mengenakan pakaian apa adanya bahkan malah tidak sempat memakai baju kemudian Anda sekeluarga lari dari rumah, ataukah Anda akan berkata kepada istri atau anak Anda, 'Biarkan saya tidur, saya sedang lelah. Karena saya tidur terlambat, dan banyak pekerjaan telah menunggu saya besok pagi. Insya Allah apinya akan mati dengan sendirinya.' Akankah seperti itu?

     Jawablah kembali dengan jujur : Mana yang lebih menakutkan ? Kebakaran di rumah tetangga atau api jahannam pada hari kiamat nanti? Mana yang lebih menyakitkan ? Api dunia atau api akhirat ? Lantas, mengapa  kita menganggap santai api neraka, sementara kita tahu bahwa dia benar-benar ada, dan tidak akan padam? Mengapa justru takut terhadap api dunia yang sebenarnya sepele sekali bila dibanding dengan api akhirat?

     Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra, bahwa Rasulullah saw bersabda : "Api kalian yang dinyalakan anak-anak Adam merupakan sepertujuh dari panasnya  neraka jahannam". mereka (para sahabat) pun berkata, " Demi Allah, sungguh yang demikian sudah terasa panas wahai Rasulullah saw." Beliau bersabda, "Sesungguhnya sisanya masih ada enam puluh sembilan bagian yang masing-masing serupa dengannya." (HR Al-Bukhari dan Muslim)

      Diriwayatkan dari Abdullah bin Mas'ud ra, ia berkata bahwa Rasulullah saw bersabda :

"Pada hari itu, di neraka jahannam terdapat tujuh puluh ribu pengikat, yang pada masing-masing pengikat dikendalikan seribu malaikat yang mengekangnya ." (HR Muslim dan At-Tirmidzi)

      Dalam riwayat At-Tirmidzi dan Ibnu Majah dari Abu Hurairah ra bahwa Rasulullah saw bersabda :

"Api neraka dinyalakan selama 1000 tahun sampai berwarna merah. Kemudian di nyalakan lagi 1000 tahun hingga berwarna putih. Kemudian dinyalakan lagi selama 1000 tahun hingga berwarna hitam dan hitam pekat."

      Dan dalam riwayat  Ibnu Majah dikatakan : "Dia bagaikan malam yang gelap gulita". Orang yang menjaga Shalat Subuhnya, niscaya Allah akan memberikan jaminan padanya terbebas dari siksa neraka jahannam.

      Diriwayatkan  dari Ammarah bin Ruwainah ra, ia berkata: Saya mendengar Rasulullah saw bersabda :

"Tidak akan masuk neraka, orang yang shalat sebelum terbit matahari  dan sebelum terbenam matahari". (HR Muslim). Maksudnya Shalat Subuh dan Ashar.

     Setelah membahas beberapa potensi manusia, kelonggarannya serta kemampuan yang dimiliki manusia, saya yakin, adalah mustahil bila ada orang yang mengatakaan "Mustahil bagi saya untuk bangun Shalat Subuh". Sesungguhnya permasalahannya kembali pada kemauan Anda mau atau tidak ?

      Berhati-hatilah, hari, bulan, dan juga tahun, akan melewati Anda begitu saja. Kemudian akan dipaparkan kepada Anda bahwa hari-hari yang mahal tersebut sudah berlalu. Bahkan walau Allah memberikan umur kepada Anda hingga Anda bertaubat dan kembali. Lalu bagaimana Anda akan mengembalikan hari-hari yang telah berlalu tersebut ?

     Waspadalah akan hari dimana Anda menyukai pergi ke masjid, namun Anda tidak mampu untuk pergi. Baik karena sudah lemah, karena sakit atau karena sudah mati. Ingatlah selalu hadits Rasul kita yang mulia saw yang diriwayatkan dari Ibnu Abbas ra bahwa Rasulullah saw bersabda :

"Gunakan yang lima sebelum datang yang lima : Masa mudamu sebelum datang masa tua mu, masa sehatmu sebelum datang masa sakitmu, masa kayamu sebelum datang masa miskinmu, masa kosongmu sebelum datang masa sibukmu, dan masa hidupmu sebelum datang kematianmu." (HR Al Hakim ;sanadnya shahih).


Menakar Nilai Shalat Subuh

"Dua rekaat fajar (Shalat sunnah sebelum Subuh) lebih baik dari dunia dan seisinya." (HR Muslim)
Lalu... Apa yang menghalangi kita Shalat Subuh ? Bukankah ia menjadi bagian yang begitu besar dibanding dunia?


     Membaca Al-Qur'an dan hadits-hadits Rasulullah saw, Anda akan mengetahui dengan mudah dan jelas bahwa Shalat Subuh sangat mahal nilainya.

     Shalat yang agung ini benar-benar memiliki daya tarik, karena kedudukannya dalam Islam dan nilainya yang tinggi dalam syariat. Banyak sekali hadits yang mendorong untuk melaksanakan Shalat Subuh, dan menyanjung mereka yang menjaganya.

    Rasulullah saw seorang pendidik yang menyadari serta memahami tabiat manusia dan dorongan jiwa mengetahui bahwa waktu Subuh adalah waktu yang sulit. Seorang muslim bila dibiarkan begitu saja, akan memilih mengistirahatkan dirinya dan meninggalkan Shalat wajib.

"Karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat Rabbku. Sesungguhnya Rabbku Maha Pengampun lagi Maha Penyayang".(QS. Yusuf : 53)

    Oleh karena itu Rasulullah saw telah mengkhususkan Shalat mulia ini dengan keistimewaan tunggal dan sifat-sifat tertentu yang tidak terulang pada Shalat lainnya. Beberapa karakteristik ini mendorong seorang mukmin yang jujur untuk konsekuen melaksanakan Shalat ini secara berjamaah  dengan sekuat tenaga. Seorang mukmin akan memberikan semangat tinggi untuk berkorban segala sesuatu yang dia miliki, agar tidak hilang darinya walau hanya satu kewajiban, bagaimanapun kondisinya atau apapun rintangannya.

    Saya telah mengumpulkan keistemawaan-keistimewaan tersebut sebanyak sepuluh keistimewaan. Semoga Allah memberi manfaat bagi kita semua terhadap keistimewaan ini.
  • Pahala Tanpa Batas
      Orang yang melaksanakan Shalat Subuh dengan berjamaah mendapatkan keistimewaan yang didapatkan orang-orang yang melaksanakan selain Shalat Subuh dengan berjamaah. Bahkan dia akan mendapatkan lebih dari semua itu.

     Dia mendapatkan pahala seperti orang-orang yang Shalat berjamaah pada umumnya, yaitu 25 atau 27 derajat pahala. Diberikan padanya kebaikan yang banyak, dihapus kejelekannya, ditinggikan beberapa derajat kedudukannya. Malaikat berdo'a baginya, dan beberapa balasan lain yang didapatkan orang yang berjamaah pada umumnya. Namun Shalat Subuh memiliki kelebihan khusus yang tidak ada pada Shalat yang lain. Di antaranya adalah :

1. Pahala Shalat Malam Satu Malam Penuh

Diriwayatkan Muslim dari Utsman bin Affan ra berkata : Rasulullah saw telah bersabda :

"Barang siapa yang Shalat Isya' berjamaah maka seakan-akan dia telah Shalat setengah malam. Dan barang siapa Shalat Subuh berjamaah (atau dengan Shalat Isya', seperti yang tertera dalam hadits Abu Dawud dan Tirmidzi) maka seakan-akan dia telah melaksanakan Shalat malam satu malam penuh".
(HR.Muslim)

Mampuhkah Anda melaksanakan Shalat malam satu malam penuh ?

     Dengan karunia dan kemuliaan-Nya, Allah swt telah memberi Anda pahala ini, jika Anda melaksanakan Shalat Subuh dan Isya' berjamaah. Dan telah diketahui bahwa pahala Shalat malam sangat besar dan agung. Tapi pahala Shalat Subuh berjamaah jauh mulia darinya.

    Jika Anda telah mengetahui keutamaan dalam Shalat Subuh berjamaah, maka saya memohon kepada Anda, bantulah saya untuk menjawab soal-soal yang tertuju kepada mereka yang berbondong-bondong melaksanakan Shalat Tahajud pada malam 27 Ramadhan. Mereka yang berdiri tegak menghadap pada Allah swt berjam-jam, dan telah mengeluarkan tenaga yang berlipat ganda dengan harapan bisa Shalat pada malam yang penuh barakah ini.

     Saya bertanya pada mereka ?

   Menurut pendapat Anda, yang lebih Afdhal ; menghidupkan malam Qadar secara sempurna dengan ibadah, atau Shalat Subuh berjamaah pada bulan Syawal, Safar, atau Rajab, atau bulan-bulan lain selain bulan Ramadhan?

    Mana yang paling berat timbangannya di sisi Allah ?

    Mana yang paling Anda sedihkan ketika Anda tidak bisa melaksanakannya ?

    Saudaraku.... bukankah kita Shalat karena Allah swt ?

    Bukankah kita berdiri tegak beberapa jam di malam Qadar hanya mengharapkan keridhaan Allah swt ?

   Kalau kita telah mengetahui bahwa keridhaan Allah tidak akan didapat kecuali dengan melaksanakan kewajiban-kewajiban-Nya sesuai dengan waktu yang telah ditentukan, dengan cara yang diperintahkan, dan di tempat yang di inginkan -Nya, mengapa  kita harus  mendahulukan sesuatu  yang  tidak diutamakan Allah swt ? Mengapa mengakhirkan sesuatu, sementara sesuatu itu justru diutamakan Allah swt ?

     Kalimat ini bukan bermaksud  untuk  meremehkan nilai malam Qadar. Saya memohon perlindungan kepada Allah swt untuk hal ini. Malam Qadar merupakan malam yang paling mulia dalam satu tahun, dan juga lebih baik dari seribu bulan. Kendatipun demikian, tetap kedudukannya sebagai Shalat sunnah, dan tidak lebih utama dari pada Shalat wajib.

    Apakah iman Anda akan dianggap benar, bila meninggalkan Shalat Maghrib atau Isya' pada malam Qadar, untuk kemudian mengerjakan Shalat malam secara sempurna ? Jelas, seperti ini tidak benar.

    Apakah Anda sanggup melaksanakan Shalat sunnah Zhuhur 20 rekaat, kemudian meninggalkan Shalat Zhuhur yang wajib ?

   Apakah bermanfaat, bila Anda berpuasa Senin dan Kamis sepanjang tahun, lalu dengan sengaja meninggalkan puasa Ramadhan tanpa sebab ?

     Kalau seandainya jawaban dari semua pertanyaan ini adalah "Tidak", lalu mengapa kaum muslimin masih sering meninggalkan Shalat Subuh ? Apakah ia bukan wajib seperti halnya Shalat Zhuhur dan Ashar, juga seperti puasa Ramadhan dan zakat wajib ?

      Allah swt telah menjelaskan, wajib itu secara umum lebih utama dari yang sunnah. Allah swt menjelaskan dalam hadits Qudsi-Nya yang diriwayatkan dari Abu Hurairah ra bahwasannya Rasulullah saw bersabda, "Allah swt berfirman" :

"Tak ada amal yang dikerjakan hamba-Ku dengan maksud untuk mendekatkan diri kepada-Ku yang lebih Aku cintai, selain ibadah wajib yang Aku perintahkan kepadanya. Dan hamba-Ku terus mendekatkan diri pada-Ku dengan amalan sunnah sehingga Aku mencintainya". (HR. Al-Bukhari)

     Dengan demikian sebagaimana ia merupakan sisi agama  yang wajib diketahui Shalat Tahajjud pada malam Qadar adalah sunnah, dan Shalat Subuh pada hari apa pun dalam hitungan tahun adalah wajib.

     Jika Anda telah memahami itu semua, maka ceritakan  pada saya : Mengapa manusia berbondong-bondong Shalat malam Qadar di masjid hingga penuh dari depan hingga belakang bahkan kadang menutupi jalan-jalan di sekitar masjid; kemudian setelah bulan Ramadhan pergi, jamaah yang sedemikian banyak jumlahnya itu tiba-tiba meninggalkan Shalat Subuh di masjid.... Mengapa ???

       Bukankah ini benar-benar merupakan isyarat hilangnya pemahaman agama yang lurus ?

     Manusia yang   begitu menyedihkan   terperdaya  dengan sesuatu yang baru dan bersifat musiman (insidentil), dan menghindari sesuatu yang sudah biasa dilakukan. Shalat di malam Qadar sekali dalam satu tahun, namun Shalat Subuh dilakukan setiap hari. Maka manusia kehilangan kepekaan nilai Shalat Subuh dan mencurahkan seluruh perhatiannya pada Shalat malam Qadar.

     Malam Qadar tidak dapat diraih seseorang dengan cara kebetulan. Malam Qadar merupakan hadiah Allah swt untuk mereka yang menjaga Shalat wajib. Malam Qadar diberikan kepada mereka yang bersungguh-sungguh dalam beribadah sepanjang tahun.

      Ibadah bukan didasarkan pada bulan. Apakah masuk akal, seseorang yang beribadah kepada Allah swt sepuluh hari atau sehari dalam satu tahun sama nilainya dengan seseorang yang beribadah sepanjang tahun ?

      Apakah masuk akal, bila Allah swt membebaskan hamba-Nya dari api neraka bagi mereka yang Shalat malamnya hanya sepuluh hari, sama dengan mereka yang bangun setiap hari waktu Shalat Subuh ?

       Sesungguhnya Allah swt menghitung amalan sebesar biji sawi dan sehalus kulit ari.

"Dan tidaklah sama orang yang buta dengan orang yang melihat, dan tidaklah (pula sama) orang-orang yang beriman serta mengerjakan amal shalih dengan orang-orang yang durhaka. Sedikit sekali kamu mengambil pelajaran". (QS. Al-Mukmin : 58) .

     Agama kita adalah agama yang tertata rapi dan jelas. Seharusnya manusia lebih berbondong-bondong dan berlomba-lomba melaksanakan Shalat wajib berjamaah, dari pada Shalat sunnah, walaupun Shalat malam Qadar !

   Ini bukan perkataaan saya, namun perkatan Rasulullah saw. Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra, bahwasannya Rasulullah saw bersabda :

"Kalau sekiranya manusia mengetahui apa yang tersembunyi dalam adzan dan shaf pertama, maka mereka tidak akan mendapatkan bagian kecuali dengan jalan diundi didalamnya, niscaya mereka akan ikut serta dalam undian (banyaknya yang berbondong-bondong guna mendapatkan shaf pertama). Dan jika mereka mengetahui apa yang didapatkan dalam awal kedatangan (Shalat jamaah), niscaya akan berlomba-lomba. Dan jika mereka mengetahui apa yang tersimpan di dalam Shalat Subuh dan Isya' maka mereka akan mendatanginya walau dengan merangkak". (HR.Al-Bukhari)

      Ada sebagian orang mengatakan bahwa do'a di malam Qadar akan di kabulkan. Itulah sebab orang-orang giat beribadah. Saya katakan kepadanya : Betul, bahwa do'a di malam Qadar itu akan dikabulkan. Sebagaimana yang telah kita sebutkan, malam Qadar merupakan malam yang paling agung dalam satu tahun. Kita memohon kepada Allah swt, semoga kita dapat meraihnya. Namun apakah ini satu-satunya waktu yang di kabulkan dalam satu tahun ?

     Sesungguhnya Allah swt memberi kesempatan yang sama pada setiap saat dalam kehidupan Anda ! Sungguh Allah yang Maha Suci mengatakan :

"Dan Rabbmu berfirman, 'Berdo'alah kepada-Ku, niscaya akan Ku perkenankan bagimu". (QS. Al-Mukmin : 60).

"Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku maka (jawablah), bahwasannya Aku dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang mendo'a apabila ia berdo'a kepada-Ku".(QS. Al-Baqarah : 186)

     Kewajiban Anda hanyalah berdo'a, niscaya Allah yang akan mengabulkan permintaan Anda. Kapan, dan dimanapun Anda berada sepanjang hidup Anda.

     Bila Anda beralasan, "Disana ada waktu-waktu yang mulia yang lebih di kabulkan". Maka saya katakan kepada Anda, "Benar. Namun Anda pun memiliki waktu yang mulia ini. Setiap malam sepanjang tahun,  akan tetapi Anda sering melupakannya".

     Di setiap malam terdapat saat-saat terkabulnya do'a. Kesempatan ini hanya diketahui orang-orang yang bangun sebelum Subuh, walau hanya sebentar. Saat-saat  yang mulia. Bahkan ia merupakan kesempatan paling mulia sepanjang masa !

     Perhatikan hadits Rasulullah saw yang diriwayatkan dari Abu Hurairah ra :

"Allah akan turun kelangit bumi pada setiap malam, ketika malam tinggal sepertiga yang terakhir. Dia berkata, 'Mana hamba-ku yang berdo'a, untuk Aku kabulkan (do'anya) ? Mana hamba-Ku yang meminta kepada-Ku, untuk aku penuhi (permintaannya) ? Mana hamba-Ku yang beristigfar, untuk Aku ampuni (dosanya) ?". (HR. Al-Bukhari dan Muslim).

     Apa yang lebih Anda inginkan dari itu semua ?

    Allah swt turun ke langit bumi, menyuruh Anda supaya berdo'a pada-Nya agar Dia mengabulkan doa Anda.

   Ya Allah betapa banyak kasih sayang-Mu. Alangkah mulianya Engkau. Betapa Agungnya diri-Mu. Alangkah dekatnya Engkau. Demikian ini terjadi setiap malam. Subhanallah.

    Kemudian, jika Anda melaksanakan Shalat Subuh setelah itu, maka Anda lebih dekat kepada Allah swt dan Dia lebih mendengarkan do'a-do'a Anda.

    Mari kita simak hadits Rasulullah saw yang diriwayatkan dari Abu Hurairah ra :

"Saat yang paling dekat antara Allah dan hamba-Nya adalah di saat sujud, maka perbanyaklah do'a pada waktu itu". (HR.Muslim).

    Pahala Shalat Subuh lebih tinggi, kewajiban melaksanakan Shalat Subuh lebih penting, dan do'a lebih cepat dikabulkan ketika Shalat Subuh. Namun, mengapa manusia tidur pada saat adzan Shalat Subuh ? Mengapa mereka meninggalkan kebaikan ini ? Sebuah pertanyaan yang perlu segera kita jawab !

2. Sumber Cahaya di Hari Kiamat

   Shalat Subuh merupakan sumber dari segala sumber cahaya di hari kiamat. Di hari itu, semua sumber cahaya di dunia padam. Matahari akan di gulung dan bintang-bintang pun berjatuhan, sebagaimana firman Allah swt :

"Apabila matahari di gulung. Dan apabila bintang-bintang berjatuhan". (QS. At-Takwir : 1-2).

   Manusia di bangkitkan dalam keadaan gelap gulita. Gelap yang berlipat ganda. Saat itu, manusia sangat membutuhkan cahaya supaya bisa meraba jalannya, agar bisa melewati kumpulan orang-orang yang begitu banyak jumlahnya. Tatkala melewati Sirath (jembatan di akhirat), cahaya sangat dibutuhkan. Sirath ini mengerikan kondisinya. Tidak akan ada yang bisa melewati, kecuali orang-orang yang dikehendaki-Nya.

   Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra, bahwa Rasulullah saw menggambarkan keadaan manusia pada saat melewati Sirath  dengan sabdanya :

"Yang pertama kali lewat di antara kalian bagaikan kilat".
Aku (Abu Hurairah) bertanya, 'Demi bapak dan ibuku sebagai tebusannya, apa maksud "berjalan seperti kilat" ?. Beliau saw melanjutkan, "Tahukah kamu bagaimana kilat pergi dan datang dalam sekejap?
Kemudian ada yang berjalan seperti angin, seperti burung, dan ada juga yang berlari. Perjalanan mereka sesuai dengan amalan mereka. Sedangkan Nabi kalian ini (Muhammad saw) berdiri (menunggu) di atas Shirath seraya berdo'a, 'Ya Allah, selamatkanlah..... selamatkanlah......

Sampai ada yang amalannya (karena sedikit) tak sanggup (membawa si hamba tadi) sehingga ada orang yang tidak bisa lewat melainkan dengan merayap.

Pada kedua sisi Shirath terdapat pengait-pengait dari besi yang akan menyambar siapa saja yang Allah swt perintahkan untuk di sambar. Ada yang tersambar hingga bagian tubuhnya robek/terputus namun ia selamat, dan ada juga yang terkait lalu terhempas ke neraka.

Abu Hurairah ra berkata, 'Demi Zat yang jiwa Abu Hurairah di tangan-Nya, sesungguhnya dasar neraka jahannam dalamnya sejauh tujuh puluh musim (tahun). (HR.Muslim)

    Pada hari yang sangat berat dan gelap itu, Allah swt hanya memberikan cahaya kepada semua orang Islam. Maksudnya, pada awalnya diberikan kepada semua orang yang menyatakan Islam ketika di dunia. Namun sebagian dari mereka akan jadi munafik, yang hanya berbicara dengan lisannya, tetapi hatinya mengingkari. Sehingga apabila semuanya sudah mendekati Sirath, Allah hanya akan memberikan cahaya itu kepada orang-orang mukmin, yang jujur saja.

   Lenyaplah cahaya bagi orang-orang munafik. ketakutan dan kebingungan pun menyelimuti mereka. Walhasil mereka bersandar pada orang-orang mukmin, meminta sedikit cahaya yang ada pada mereka. Orang mukmin mengisyaratkan mereka kembali ke tempat dimana Allah swt telah memberikan cahaya-Nya. Lalu orang-orang munafik tadi kembali ke tempat semula. Namun mereka tidak mendapatkan apa-apa. Hancurlah seluruh harapan mereka. Selanjutnya mereka meminta tolong, padahal (waktu itu), tidak ada kesempatan untuk lari menyelamatkan diri.

    Rincian peristiwa ini terdapat lebih dari satu hadits dalam Shahih Muslim, dan Allah swt menggambarkan hal itu di dalam Kitab-Nya yang mulia :

"(Yaitu) pada hari ketika kamu melihat orang mukmin laki-laki dan perempuan, sedang cahaya mereka bersinar di hadapan dan di sebelah kanan mereka. (Dikatakan kepada mereka), 'Pada hari ini ada berita gembira untukmu, (yaitu) surga yang mengalir dibawahnya sungai-sungai, yang kamu kekal di dalamnya. Itulah keberuntungan yang besar.

Pada hari ketika orang-orang munafik laki-laki dan perempuan  berkata kepada orang yang beriman, 'Tunggulah kami supaya kami dapat mengambil sebahagian dari cahayamu'. Dikatakan (kepada mereka), 'kembalilah kamu ke belakang dan carilah sendiri cahaya (untukmu)'. Lalu diadakan di antara mereka dinding yang mempunyai pintu, di sebelah dalamnya ada rahmat dan di sebelah luarnya ada siksa.

Orang-orang munafik itu memanggil mereka (orang-orang mukmin) seraya berkata, 'Bukankah kami dahulu bersama-sama dengan kamu. 'Benar, tetapi kamu mencelakakan dirimu sendiri dan menunggu (kehancuran kami) dan kamu  ragu-ragu serta di tipu angan-angan kosong sehingga datanglah ketetapan Allah swt; dan kamu telah ditipu terhadap Allah oleh (setan) yang amat penipu.

Maka pada hari ini tidak diterima tebusan dari kamu dan tidak pula dari orang-orang kafir. Tempat kamu ialah neraka. Dialah tempat berlindungmu. Dan dia adalah sejahat-jahat tempat kembali."
(QS.Al-Hadid:12-15).

      Dari mana orang-orang mukmin mendapatkan cahaya agung pada hari yang sangat gelap gulita itu? Cahaya itu amal perbuatan mereka yang banyak ketika di dunia. Cahaya itu adalah janji Allah swt sebagai balasan bagi amal-amal mereka. Di antara amalan ini adalah : Shalat Subuh berjamaah.

    Bacalah hadits yang diriwayatkan dengan sanad yang shahih dari Buraidah Al-Aslami ra. Ia berkata bahwa Rasulullah saw bersabda:

"Berikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang banyak berjalan dalam kegelapan menuju masjid dengan cahaya yang sangat terang pada hari kiamat". (HR. Abu Dawud, At-Tirmidzi, dan Ibnu Majah).

   'Orang yang banyak berjalan'
maksudnya adalah mereka yang membiasakan diri melaksanakan keutamaan yang besar ini.

     'Dalam Kegelapan'  maksudnya Shalat Isya' dan Shalat Subuh.

    Ungkapan "menuju masjid" merupakan dalil yang jelas bahwa  cahaya itu diberikan kepada orang yang membiasakan diri Shalat Subuh dan Isya' berjamaah di masjid. Shalat yang di maksud disini tidak hanya sekedar Shalat berjamaah saja, namun Shalat ini harus dilaksanakan di rumah Allah swt, Masjid.

    Ini merupakan bantahan bagi sebahagian orang Islam yang melaksanakan Shalat di rumah bersama istri dan anak mereka. Mereka berkeyakinan bahwa apa yang mereka lakukan merupakan suatu keutamaan. Karena melatih keluarga untuk Shalat, dan untuk mengangkat derajat mereka (anak dan istri) agar memperoleh pahala berjamaah.

    Namun Allah swt yang membuat syariat dan undang-undang memerintahkan pada muslim laki-laki untuk Shalat di masjid, dan memberikan pahala yang sama pada perempuan yang melaksanakan Shalat di rumah. Sedangkan pembiasaan anak untuk melaksanakan Shalat jamaah adalah dengan membawa mereka ke masjid, atau Shalat bersama mereka di rumah. Shalat di rumah pun hanya Shalat Sunnah, bukan Shalat Wajib.

    Allah swt akan memberikan cahaya yang sangat terang pada hari kiamat nantinya kepada mereka yang menjaga Shalat Subuh berjamaah. Artinya, Dia tidak akan mencabut cahaya tersebut dimana saja, dan tidak mengambilnya ketika melewati Sirath Al-Mustaqim. Dia akan tetap bersama mereka sampai mereka masuk surga, Insya Allah.

    Tidak di ragukan lagi, cahaya bagi orang yang beriman di hari kiamat berbeda-beda. Tidak semua mukmin mendapatkan cahaya seperti mukmin yang lain. Kadar cahaya tersebut disesuaikan dengan amalan mereka. Disinilah Shalat Subuh berperan. Allah swt akan memberikan cahaya sempurna bagi orang beriman  karena Shalat Subuh di hari kiamat kelak.

   Bahkan Rasulullah saw yang begitu memperhatikan umatnya dan mencintai pengikutnya. mengajarkan dzikir khusus pada saat berjalan menuju masjid tatkala kegelapan masih menyelimuti bumi.
   
    Rasulullah saw mengajarkan do'a yang berisi permohonan agar Allah memberikan cahaya yang menyinari hidup mereka. Agar Allah memberi cahaya di dalam kubur mereka, dan agar cahaya tersebut tetap bersama mereka hingga hari kiamat.

    Diriwayatkan dari Abdullah bin Abbas ra, bahwa ketika Rasulullah saw keluar untuk melaksanakan Shalat Subuh, beliau berdo'a :

"Ya Allah berikanlah cahaya pada hati, lisan, telinga, dan mata hamba. Jadikanlah cahaya dari belakang, depan, dan di bawah hamba. Ya Allah berikanlah pada hamba cahaya".

Lafal do'a di atas diriwayatkan oleh Muslim, dan di dalam riwayat Al-Bukhari ada tambahan lafal :

"Dan dari sebelah kanan dan sebelah kiri hamba berikanlah cahaya".

    Cahaya ini tidak hanya menyinari alam kubur dan akhirat saja, tapi juga memberikan cahaya di dunia. Kadang kala manusia terlilit permasalahan dunia, hingga tak mampu lagi membedakan antara yang hak dan yang batil, antara yang benar dan salah. Apalagi di zaman yang penuh dengan cobaan seperti sekarang ini.

    Rasulullah saw menggambarkannya dalam hadits yang di riwayatkan dari Abu Hurairah ra. Beliau bersabda :

"Segeralah beramal shalih untuk menghadapi fitnah yang menyerupai gelapnya malam". (HR.Muslim)  

    Pada masa fitnah yang gelap ini, bila seorang mukmin mampu menapaki jalannya, ia tidak akan tersesat dan sengsara. Allah swt akan menunjukkan hikmah, dan kemaslahatan dunia dan di akhirat.

"Dan apakah orang yang sudah mati kemudian dia Kami hidupkan dan Kami berikan kepadanya cahaya yang terang, yang dengan cahaya itu dia dapat berjalan di tengah-tengah masyarakat manusia, serupa dengan orang yang keadaannya berada dalam gelap gulita yang sekali-kali tidak dapat keluar dari padanya?" (QS.Al-An 'Am : 122)

   Kita memohon semoga Allah swt memberikan cahaya di dunia, di alam kubur, dan di akhirat. Sesungguhnya dia yang memiliki kekuasaan untuk melakukan itu semua.

3. Surga Yang Dijanjikan

    Diriwayatkan daru Abu Musa Al-Asy'ari ra, ia berkata bahwa Rasulullah saw bersabda :

"Barang siapa yang Shalat dua waktu yang dingin maka akan masuk surga". (HR.Al-Bukhari).

Dua waktu yang dingin itu adalah Shalat Subuh dan Ashar.

    Inilah janji Allah swt yang diwahyukan kepada Rasulullah saw. Akan masuk surga, mereka yang menjaga dua Shalat, yaitu Shalat Subuh dan Ashar. Inilah puncak keinginan orang-orang mukmin. Inilah kesuksesan hakiki dan kemenangan yang besar. Allah swt berfirman :

"Barang siapa dijauhkan dari neraka dan dimasukan ke dalam surga maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu". (QS. Al-Imran: 185)
  • Melihat Allah
 Inilah keistimewaan tertinggi diantara keistimewaan-keistimewaan sebelumnya. Dan, ini sangat mencengangkan manusia. Apakah di sana  ada sesuatu yang lebih tinggi dari pada surga ?

    Rasulullah saw telah menggambarkan kepada kita dengan jawabannya. Ya, di sana ada yang lebih tinggi dari sekedar surga, yaitu melihat Allah di surga. Pemberian yang sangat besar. Hadiah yang begitu agung, dan pahala yang berlipat ganda bersama dengan pahala yang lain.

    Siapakah yang mendapat kesempatan agung ini ?

    Merekalah orang-orang yang menjaga dua Shalat, yaitu Shalat Subuh dan Ashar.Bacalah hadits Rasulullah saw riwayat Imam Bukhari dan Muslim dari Jarir bin Abdullah ra berikut ini. Ia berkata :

"Kami sedang duduk bersama Rasulullah, ketika melihat bulan purnama. Beliau berkata, 'Sungguh, kalian akan melihat Rabb kalian sebagaimana kalian melihat bulan yang tidak terhalang dalam melihatnya'."

   Maksudnya, Anda akan melihat-Nya dengan jelas dan sempurna sebagaimana Anda melihat rembulan sekarang ini dengan jelas lagi sempurna. Kemudian beliau berkata :

"Apabila kalian mampu, janganlah kalian menyerah dalam melakukan Shalat sebelum terbit matahari dan Shalat sebelum terbenam matahari.  Maka lakukanlah". (HR. Al-Bukhari dan Muslim).

   Subhanallah ! Kebaikan ini terdapat dalam Shalat Subuh. Bila Anda tahu sebagian orang Islam yang mendengar kebaikan itu, kemudian tetap tak bergerak untuk Shalat Subuh, apa yang akan Anda katakan pada mereka ?

   Bukankah ini benar-benar suatu kebodohan ?

   Bukankah ini benar-benar suatu kelalaian ?

   Ya, ini sungguh merupakan kelalaian dan kebodohan !

   Allah swt berfirman :

"Dan barang siapa yang tiada diberi cahaya (petunjuk) Allah tiadalah dia mempunyai cahaya sedikitpun". (An-Nur : 40)


  • Siksa Pedih Bagi Yang Meninggalkannya

   Sering kali Allah swt mengingatkan hamba-Nya supaya tidak tertipu, bahwa Allah Maha Pengampun lagi Maha Pengasih.

"Dan Allah memperingatkan kamu terhadap diri (siksa)-Nya". (QS. Al-Imran: 28)

 
"Barang siapa yang berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta". (QS.Thaha : 124)

"Sesungguhnya Tuhanmu amat cepat siksa-Nya, dan sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang". (QS. Al-A'raf: 167)

 
    Begitu sulit untuk membatasi keduanya. Bahkan Allah swt tidak akan menzalimi manusia sidikt pun, akan tetapi manusialah yang menzalimi dirinya sendiri. Allah swt berfirman dalam Hadits Qudsi riwayat Abu Dzar ra dari Rasulullah saw.

"Wahai hamba-Ku sesungguhnya itu adalah amal-amal kalian yang Aku hitung untuk kalian dan akan dikembalikan kepada kalian. Barang siapa yang mendapat kebaikan maka bersyukurlah kepada Allah; dan baarang siapa yang mendapatkan selain itu, maka janganlah mencaci selain dirinya sendiri". (HR.Muslim)

   Secara umum, meninggalkan Shalat merupakan dosa yang besar dan musibah yang tiada tara. Shalat menjadi amalan manusia pertama yang di hisab pada hari kiamat. Jika Shalatnya baik, maka baik pula seluruh amalnya; dan kalau jelek, jeleklah seluruh amalnya.

    Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra bahwa Rasulullah saw bersabda :

"Sesungguhnya  amal manusia yang pertama kali di hisab pada hari kiamat adalah Shalatnya," Beliau bersabda, "Allah berkata kepada para malaikat-Nya dan Dia Maha Tahu, 'Lihatlah amal Shalat hamba-Ku, dia melengkapi atau menguranginya, kalau dia sempurna maka tulislah sempurna'. Kalau sedikit saja yang dikurangi, Allah berkata, 'Lihatlah apakah hamba-Ku melakukan Shalat Sunnah', Kalau seorang hamba melakukan Shalat Sunnah maka Allah berkata, 'Sempurnakanlah Shalat wajib hamba-Ku dengan Shalat Sunnahnya, lalu hitunglah amalannya sesuai dengan Shalatnya'." (HR. At-Tirmidzi, Abu Dawud, An-Nasa'i, Ibnu Majah, Ad-Darimi, dan Ahmad).

 
    Jadi bagaimana mungkin seorang mukmin mengharapkan kebaikan di akhirat, sedang pada hari kiamat bukunya kosong dari Shalat Subuh tepat waktu ?

    Seorang muslim yang meninggalkan Shalat Subuh pada waktunya akan mendapatkan segala hukuman yang disebutkan Allah dan Rasul-Nya baginya. Lebih dari itu, ada hukuman khusus bagi yang meninggalkan Shalat Subuh. Rasulullah saw telah menyebutkan hukuman berat bagi yang tidur dan meninggalkan Shalat wajib. Padahal sudah jelas bahwa rata-rata penyebab utama seorang muslim meninggalkan Shalat Subuh adalah tidur. Maka bila seseorang terbiasa tidur ketika tiba waktu Shalat, niscaya dia akan meninggalkan Shalatnya secara keseluruhan dan tidak akan melaksanakan Shalat kecuali setelah lewat waktu.

   Samurah bin Jundab ra meriwayatkan bahwasannya Rasulullah saw bermimpi. Dalam mimpi ini Rasulullah saw diperlihatkan adzab orang-orang yang berdosa dari orang-orang muslim. Bisa jadi ini adzab kubur, atau bisa jadi pula dalam api neraka, bahkan mungkin pada kedua-duanya, Rasulullah saw bersabda :

"Sesungguhnya telah datang kepadaku tadi malam dua tamu (jibril dan mikail). Keduanya di utus kepadaku, dan berkata, 'Berangkatlah', lalu saya berangkat bersama mereka. Kami mendatangi orang yang sedang tidur dan yang lainnya berdiri tegak di atasnya dengan membawa  batu, Lalu tiba-tiba melepaskan batunya tepat pada kepalanya hingga hancur luluh kepalanya. Batu itu telah meleburkannya. Kemudian dia mengambilnya kembali, dan dia tidak mengulanginya hingga kepalanya pulih kembali, sebagaimana semula. Kemudian dia akan kembali, lalu dia akan melakukan sebagaimana yang telah dia lakukan pada pertama kalinya. Rasulullah berkata, 'Saya berkata kepada keduanya, 'Subhanallah ! Apa ini?'. 'Mereka berdua berkata: "Lanjutkan perjalanan..... Lanjutkan perjalanan......'." (HR Al-Bukhari)

   Beliau melewati peristiwa berlainan yang jumlahnya sangat banyak. Namun, tidak mungkin di sebutkan secara keseluruhan disini.

   Kemudian kedua malaikat tadi mulai menjelaskan padanya peristiwa yang beliau saksikan tadi :

"Orang pertama yang telah Anda datangi tadi, yang memecahkan kepalanya dengan batu, ia adalah orang yang membawa Al-Qur'an  namun mencampakannya dengan begitu saja, dan tidur pada saat Shalat wajib".

  Semua orang tahu bahwa tidur  menjadi penghalang utama Shalat Subuh. Adapun gambaran orang memukul kepalanya,adalah karena ia merupakan tempat akal, tempat paling mulia yang dimiliki manusia.

   Perkara ini serius dan tidak main-main. Barang siapa yang biasa melanggar, dikhawatirkan masuk fitnah. Barang siapa yang masuk fitnah, maka akan masuk ke dalam adzab yang menyakitkan.

"Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah-Nya takut akan ditimpa cobaan atau di timpa adzab yang pedih". (QS. An-Nur :63)

  • Shalat Sunnah Yang Lebih Mulia Dari Pada Dunia Seisinya

   Shalat Fajar yaitu Shalat Sunnah sebelum Shalat Subuh merupakan Shalat Sunnah yang paling banyak pahalanya di bandingkan Shalat Sunnah lainnya. Rasulullah saw mengistimewakannya dengan pahala yang begitu besar, dengan gambaran yang benar-benar menarik perhatian.

   Di antaranya, Rasulullah saw bersabda yang diriwayatkan dari Aisyah ra :

"Dua rekaat fajar (Shalat Sunnah sebelum Subuh) lebih baik dari dunia dan seisinya". (HR.Muslim)

   Dalam riwayat Ahmad disebutkan :

"Dua rekaat fajar (Shalat Sunnah sebelum Subuh) lebih baik dari pada dunia semua".

 
   Lalu..... Apa yang menghalangi kita Shalat Subuh ? Bukankah ia menjadi bagian yang begitu besar di banding dunia ?

   Apakah karena begadang menyelesaikan urusan dunia, atau hanya karena sebuah keinginan untuk sedikit tidur agar dapat bangun jam tujuh atau jam delapan atau setelahnya ?

  Atau, apakah karena persiapan mengerjakan urusan dunia yang lain? Demikiankah alasan kita meninggalkan Shalat Subuh ?

   Dunia - seluruh dunia - segala isinya mulai dari bentuk harta benda, harta simpanan, kedudukan, usaha, segala yang menggiurkan dan menyenangkan, tidak akan sampai nilainya sebesar Shalat Sunnah Fajar dua rekaat !

   Coba Anda renungkan. Ini semua baru keutamaan Sunnah Fajar. Lalu bagaimana dengan dua rekaat fajar yang wajib, yaitu Shalat Subuh  ?


   Subhanallah ! Nilai yang sangat besar ini bukan di sebabkan lamanya berdiri atau panjangnya bacaaan dalam dua rekaat ini. Bahkan Rasulullah saw sering memendekan bacaannya dalam Shalat dua rekaat sebelum Shalat Subuh ini

   Al-Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah ra bahwa Rasulullah saw membaca surat Al-Kafirun pada rekaat pertama dan surat Al-Ikhlas pada rekaat kedua.

    An-Nasa'i meriwayatkan dari Sayyidah Aisyah ra. Ia berkata, "Sungguh, aku menyaksikan Rasulullah saw, memendekan bacaannya ketika Shalat dua rekaat Fajar, sampai-sampai aku bertanya, 'Apakah beliau membaca Ummul Kitab (Al-Fatihah) atau tidak ?"

 
     Kalau begitu, bukan karena panjangnya bacaan yang menjadi sebab bertambahnya keutamaan sampai melebihi dunia dan segala isinya. Namun karena ketentuan waktu pelaksanaan Shalat yang sangat mulia ini.

     Maka, orang yang mampu meninggalkan dunia dan bangun sebelum waktu Shalat Subuh, kemudian ia menunaikannya dua rekaat Fajar, dialah orang yang sukses dalam ujian. Sebagaimana ia telah meninggalkan  dunia dan segala isinya untuk menunaikan Shalat, maka Allah swt pun memberikan pahala yang sangat besar dari itu semua.

Diriwayatkan dari Sayyidah Aisyah ra, beliau berkata :

"Tidak ada Shalat Sunnah yang lebih diperhatikan Rasulullah saw selain Shalat Sunnah sebelum Subuh". (HR.Al-Bukhari)
 
    Dalam Fathul Bari, Ibnu Hajar Al-Asqalani menjelaskan bahwa ketika melakukan perjalanan, Rasulullah saw tidak mengerjakan Shalat Sunnah baik yang dikerjakan sebelum Shalat fardhu, maupun sesudahnya, kecuali Shalat Sunnah Subuh.

Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra bahwa Rasulullah saw bersabda  :

"Janganlah meninggalkan Shalat Sunnah Subuh walaupun kalian dikejar pasukan musuh". (Abu Dawud dan Ahmad)

 
    Dalam segala kondisi, saat dikejar pasukan musuh, atau bahkan saat perang berkecamuk, janganlah Anda meninggalkan dua rekaat Shalat Sunnah sebelum Subuh.

    Disebabkan nilainya yang begitu tinggi, Rasulullah saw meng-qadha' (mengganti) Shalat Sunnah fajar bila telah lewat waktunya. Beliau menggantinya setelah Shalat Subuh atau setelah terbit matahari. Ini terjadi, baik saat beliau terlambat dalam mengerjakan Shalat Sunnah sebelum Shalat Subuh, atau Shalat Subuh itu sendiri. Hal yang demikian tidak dilakukan pada Shalat Sunnah yang lain, selain Shalat malam.

    Itulah sebab penghormatan begitu besar pada dua rekaat Shalat Sunnah Subuh memberikan nilai tinggi dan kedudukan yang lebih pada Shalat Subuh yang wajib. Hal ini merupakan sesuatu yang sangat mahal,  dan selayaknya untuk direnungi.

Wahai pencari sedikit potongan dunia, bagaimana Anda terlena  dari sesuatu yang lebih baik dari dunia dan seisinya ?

  • Perlakuan Khusus Terhadap Shalat Subuh

     Rasulullah saw menjadikan Shalat ini sesuatu yang begitu istimewa dan berbeda dengan Shalat-Shalat yang lain. Pada dasarnya semua Shalat sangat penting, dan Shalat mempunyai pahala besar. Namun ketika dicermati secara seksama perbedaan Shalat ini dibanding Shalat lainnya, nampak sekali bila Shalat ini memiliki keutamaan khusus yang besar.

Di bawah ini adalah beberapa keutamaan itu :

     Pertama, Shalat Subuh merupakan salah satu Shalat yang pertama kali diwajibkan atas kaum muslimin, di samping Shalat Ashar.

    Terbukti, Shalat Subuh pelaksanaannya dilakukan seperti yang kita kerjakan sekarang ini, yaitu dua rekaat. Adapun Shalat Ashar semula dua rekaat kemudian ditambah menjadi empat setelah peristiwa Isra' Mi'raj. Sedangkan Shalat Subuh masih tetap seperti ketika pertama kali di syariatkan.

     Artinya umat Islam melaksanakan Shalat Subuh dengan kondisi dan waktu yang sama sejak pertama kali Rasulullah saw di utus. Masalah ini menarik sekali. Seakan-akan Shalat Subuh menjadi Shalat yang sangat dibutuhkan muslim atau mukmin di muka bumi. Ia diwajibkan sejak diturunkan syariat  yang pertama kali kepada Rasulullah saw.

     Kedua, Adzan Subuh berbeda dengan adzan pada Shalat-Shalat yang lain.

     Diriwayatkan Abu Dawud dari Abu Mahdzurah ra, bahwa Rasulullah  saw mengajarinya menambah lafal As-Shalatu khairum minan naum (2x) (Shalat itu lebih baik dari pada tidur) setelah lafal Hayya 'alal falah.
   Apa yang sebenarnya menghalangimu mendapatkan Shalat Subuh tepat waktu? Bukankah karena kenyamanan dan nikmatnya tidur?

     Nah,  sekarang Anda sudah mengetahui apa yang dikatakan Rasulullah saw bahwa Shalat Fajar itu lebih baik dari  pada tidur, sebesar apapun pentingnya tidur itu bagi Anda!

    Jika Anda percaya Rasulullah saw dan Anda yakin apa yang dikatakannya benar, tanpa sedikitpun kebatilan, maka tidak ada alasan untuk tidak mengikutinya. Jika Anda berpendapat tidur itu berguna, lebih utama, lebih sesuai bagi Anda dari pada bangun, persepsi ini sangat berbahaya dan harus direnungkan kembali.

     Saudaraku, buktikan bahwa Anda beriman kepada Rasul saw.

     Ketiga, Rasulullah saw memberikan do'a khusus setelah Shalat Subuh, yang berbeda dengan Shalat yang lain.

    Do'a khusus ini sebagai tambahan wirid  penutup Shalat yang sering diwasiatkan Rasulullah saw setiap selesai Shalat ; seperti Subhanallah 33 kali, Alhamdulillah 33 kali, Allahu Akbar 33 kali, Astaghfirullah, dan do'a-do'a yang lain. Rasulullah saw menambahkan dzikir-dzikir khusus setelah Shalat Subuh, yang tidak dianjurkan pada waktu yang lain.

      Seperti contoh hadits yang diriwayatkan dari Abu Dzar ra bahwa Rasulullah saw bersabda :

"Barang siapa setelah Shalat Subuh sebelum meninggalkan tempat duduknya dan belum berbicara sedikitpun mengucapkan : (La Ilaha Illallah wahdahu la syarika lahu. Lahul mulku walahulhamdu yuhyi wa yumitu wahuwa 'ala kuli syai'in qadir. Tak ada Ilah yang berhak di sembah selain Allah saja. Ia tidak memiliki sekutu. Milik-Nyalah kerajaan dan segala pujian. Dia Maha Menghidupkan dan Maha Mematikan. Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu.)

 
    Sebanyak 10 kali, di tulisnya 10 kali kebaikan, dihapus 10 kali kesalahan, diangkat baginya 10 derajat. Satu hari penuh ia terlindungi dari sesuatu yang tidak disukai, terlindung dari setan, tidak ada dosa yang akan mencelakainya, kecuali syirik." (HR. At-Tirmidzi ; Hasan Shahih).

    Begitu juga hadits yang diriwayatkan dari Muslim bin Al-Harits ra, Ia berkata bahwa Rasulullah saw berbicara mengatakan padanya, "Jika kamu Shalat Subuh, sebelum kamu berbicara, bacalah :

(Allahumma ajirni minannari : Ya Allah, Lindungilah aku dari api neraka.)

    Sebanyak 7 kali, maka jika kamu mati hari itu Allah akan melindungimu dari api neraka." (HR. Abu Dawud dan Imam An-Nasa'i).

    Keutamaan-keutamaan ini adalah sesuatu yang tidak bisa dinilai dengan harga dan tidak didapatkan kecuali di waktu itu.

    Keempat, Rasulullah saw selalu menyuruh kaum muslimin  untuk memendekkan bacaan waktu Shalat, kecuali Subuh. Sebagaimana diriwayatkan dari Abu Barzah Al-Aslami ra bahwa :

"Rasulullah, pada saat Shalat Subuh, membaca 60 sampai 100 ayat, dan beliau pergi meninggalkan kami ketika kami sudah mengenali wajah sesama kami (maksudnya, sebentar lagi matahari terbit)". (HR.Muslim)

    Jelas sekali, penekanan Rasulullah saw terhadap bacaan yang panjang hanya pada Shalat ini. Shalat yang dilaksanakan pada saat hati jauh dari perkara-perkara dunia dan permasalahannya. Sebagaimana seorang muslim memulai harinya dengan Shalat ini, Alangkah indahnya seandainya dia memulai menapaki harinya dengan beberapa ayat yang agung.

Allah swt mengibaratkan  Shalat Subuh itu dalam sebuah firman-Nya :

"....dan (dirikanlah pula shalat) subuh. Sesungguhnya shalat subuh itu disaksikan (oleh malaikat)". (Al-Isra : 78)

    Itu menunjukan bahwa bacaan Al-Qur'an pada waktu Subuh  lebih panjang dari pada Shalat lain.

    Kelima, Bacaan khusus Rasulullah saw di hari jumat pada waktu Subuh.

    Sebagaimana terdapat dalam riwayat Al-Bukhari dan lainnya dari Abu Hurairah ra, bahwasannya pada rakaat pertama, Rasulullah saw membaca surat As-Sajdah dan surat Al-Insan pada rekaat kedua. Keistimewaan ini tidak terjadi di Shalat wajib yang lain.

    Keenam, Shalat Subuh tidak bisa di Qashar dan di Jama'.

    Shalat Dzuhur dan 'Ashar boleh di Qashar dan di Jama'. Maghrib bisa di jama' dengan Isya' namun tidak bisa di Qashar. Isya' boleh di Jama' dan Qashar. Lain halnya dengan Subuh, yang tidak boleh di Jama' dan di Qashar. Baik pada waktu berpergian ataupun di rumah, pada saat haji, jihad, kondisi kurang aman, atau yang lain-lain.

    Tidak diragukan lagi, ini menjadi sebuah keistimewaan yang membutuhkan perhatian lebih serius. Kita memohon kepada Allah semoga Allah menjadikan kita dari golongan orang-orang yang memelihara Shalat Subuh dan merindukannya.


  •  Waktu Yang Menjadi Saksi  

     Allah swt mengagungkan waktu Subuh di dalam Al-Qur'an, Ia tidak pernah bersumpah dalam kitab-Nya dengan waktu Shalat kecuali Shalat Subuh dan Ashar, Allah swt berfirman : "Demi fajar, dan malam yang sepuluh".(Al-Fajr: 1-2)

    Waktu ini adalah waktu yang menjadi saksi. Waktu yang disaksikan hamba Allah yang mulia, yaitu para malaikat! Semua malaikat yang ada di langit turun ke bumi untuk menyaksikan shalat subuh!

Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra, bahwa ia mendengar Rasulullah saw bersabda :

"Shalat berjamaah lebih utama dari shalat salah seorang kaum kamu yang sendirian, berbanding dua puluh lima lipat. Malaikat penjaga malam dan siang berkumpul pada waktu Shalat Subuh".

Kemudian Abu Hurairah ra berkata, "Kalau anda mau, bacalah : Inna qur'anal fajri kana masyhuda".
(HR.Al-Bukhari).

 
     Perhatikanlah, bagaimana Allah sampai meninggikan derajat Shalat ini dan menjadikannya sebagai waktu pertemuan para malaikat penjaga malam dan siang ?

    Pada hadits riwayat Abu Hurairah ra disebutkan bahwa Rasulullah saw menjelaskan tentang malaikat penjaga malam. Para malaikat langsung naik ke langit setelah menyaksikan Shalat Subuh.

"Kemudian naiklah para Malaikat yang menyertai kamu pada malam harinya, lalu Rabb mereka bertanya kepada mereka padahal Dia lebih mengetahui keadaan mereka, 'Bagaimana hamba-hamba-Ku ketika kalian tinggalkan?' Mereka menjawab, 'Kami tinggalkan mereka dalam keadaan Shalat dan kami jumpai mereka dalam keadaan Shalat juga'." (HR Al-Bukhari).

 
Renungkan sejenak adanya perbedaan yang sangat besar, ketika malaikat mengatakan kepada Allah swt :

"Kami menemukan si fulan sedang melaksanakan Shalat Subuh berjamaah. Sementara si fulan kami temukan sedang lelap dalam tidurnya, Shalat Subuh bukan menjadi prioritasnya, dan ia kurang perhatian dengan waktu Shalat!"

Perbedaan yang sangat jauh ! Diantara dua golongan di atas, mana yang Anda inginkan ? Silahkan Anda memilih.

  • Berada di Bawah Lindungan Allah

     Rasulullah saw memberi janji, bahwa bila Shalat Subuh Anda kerjakan, maka Allah akan melindungi Anda seharian penuh.

Diriwayatkan dari Jundab bin Sufyan ra bahwa Rasulullah saw bersabda :

"Barang siapa yang menunaikan Shalat Subuh maka ia berada dalam jaminan Allah. Maka jangan coba-coba membuat Allah membuktikan janji-Nya. Barang siapa yang membunuh orang yang menunaikan Shalat Subuh, Allah akan menuntutnya, sehingga Ia akan membenamkan mukanya ke dalam neraka" (HR Muslim, At-Tirmidzi, dan Ibnu Majah. Lafal di atas menurut riwayat Ibnu Majah).

     Jaminan Allah, artinya : dalam perlindungan Allah.

     Inilah perlindungan Rabbani, bagi orang yang melaksanakan Shalat Subuh.

    Anda akan merasakan percaya diri pada hari yang dimulai dengan Shalat Subuh. Anda akan merasa lebih tegar menghadapi ujian dan cobaan di hadapan para Thagut dan Diktator. Anda berada dalam lindungan Raja dari semua raja, yang mencipta segala kehidupan. Lalu apalagi yang Anda inginkan ? Semua ini diperoleh hanya dengan dua rekaat !

   Dua rekaat inilah yang menguatkan kebenaran hati dan mengokohkan iman. Itulah sebab Allah swt melindungi Anda.

"Sesungguhnya Allah membela orang-orang yang telah beriman. Sesungguhnya  Allah tidak menyukai tiap-tiap orang yang berkhianat lagi mengingkari nikmat." (Al-Hajj :38)

  • Muara Ilmu dan Iman

    Rasulullah saw menjadikan Shalat Subuh sebagai kesempatan mengajarkan kebaikan kepada para sahabatnya. Beliau sering menyampaikan pelajaran dan penjelasan tentang berbagai hal setelah Shalat Subuh. Beliau memberi jawab atas pertanyaan sahabat-sahabatnya. Beliau juga menerangkan sebuah mimpi atau hal-hal lain yang berkaitan dengan pembinaan. Sungguh, Shalat Subuh merupakan pertemuan ilmiyah dan pertemuan iman yang sangat bagus dan mulia.

    Shalat Subuh menjadi salah satu sarana penting dalam tarbiyah, karena Shalat Subuh merupakan saat-saat ketika hati dan pikiran sedang jernih. Bahkan malaikat juga turut menjadi saksi bagi orang-orang yang berada dalam rumah Allah dan membicarakan Kalam Ilahi. Sementara para hadirin adalah orang-orang yang benar-benar iman. Sungguh, ini kesempatan terbaik untuk menanamkan akidah, akhlak, dan fikih.


   Rasulullah saw selalu berbicara dengan tema yang bervariasi dalam setiap pertemuan, sehingga kaum muslimin tak pernah merasa jenuh. Di suatu kesempatan, kadang kala beliau menanyakan kondisi para sahabatnya. Ini sebagai salah satu bentuk pendidikan beliau kepada para sahabatnya.

   Dalam sebuah hadits riwayat Abu Hurairah ra bahwa suatu hari setelah Shalat Subuh, Rasulullah saw bertanya kepada sahabatnya, "Siapa diantara kalian yang puasa pada hari ini?" Abu Bakar menjawab, "Saya.' Lalu beliau bertanya  lagi, "Siapa diantara kalian yang mengantarkan jenazah hari ini?" Abu Bakar menjawab lagi, 'Saya'. Lalu bertanya lagi, "Siapa di antara kalian yang sudah memberi makan fakir miskin pada hari ini?" Jawab Abu Bakar, 'Saya'. Beliau bertanya lagi, "Siapa yang sudah menjenguk orang sakit pada hari ini?" Lagi-lagi Abu Bakar menjawab, 'Saya'."Kemudian Rasulullah saw bersabda : "Tidak terkumpul semua ini dalam diri seseorang kecuali ia akan dimasukkan kedalam surga." (HR Muslim).

Bisa Anda bayangkan, kapan Abu Bakar Ash-Shiddiq ra bangun, sehingga bisa mengerjakan semua ini ?

Dalam hadits lain dari Abu Hurairah ra Rasulullah saw berkata kepada Bilal selepas Shalat Subuh :

"Wahai Bilal, beritahu aku amal apa yang paling engkau andalkan yang selalu engkau kerjakan, sampai-sampai aku mendengar suara sandalmu di depanku dalam surga". Bilal menjawab, Tidak ada amalan lain yang saya harapkan untuk dapat melakukannya melainkan mendirikan Shalat sebanyak mungkin setiap kali habis berwudhu, baik diwaktu siang hari atau malam. Selama saya masih dalam keadaan berwudhu (belum batal)". (HR Al-Bukhari).

  Kadang-kadang beliau menceritakan pada sahabat-sahabatnya berbagai kisah mengasyikkan untuk menghilangkan rasa kantuk yang acap kali menyelimuti mereka.

Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra bahwa Rasulullah saw  Shalat Subuh kemudian menghadap kebelakang sambil berkata :

"Ketika seorang laki-laki sedang mengendalikan sapi, ia memukulnya di saat ia menungganginya. Lalu sapinya berkata, 'Sungguh kami diciptakan bukan untuk ini, tapi kami di ciptakaan untuk bercocok tanam.' Lalu orang-orang berkata, 'Maha Suci Allah, seekor sapi berbicara!'

 
Lalu beliau berkata ;

"Sesungguhnya aku, Abu Bakar dan Umar percaya akan hal ini. Bahkan yang lebih (aneh) dari pada itu pun, mereka berdua mempercayainya.

"Selanjutnya, pada saat seorang pengembala sedang berada di tengah-tengah kambing gembalaannya, tiba-tiba seekor serigala menyerangnya, dan melarikan salah satu kambingnya. Kemudian dia mengejarnya, seakan-akan ingin menyelamatkan darinya. Serigala itu berkata kepadanya, 'Engkau ingin menyelamatkannya dariku. Maka siapa yang akan melindunginya pada hari perburuan, hari yang tiada seorang pengembalapun kecuali saya?' Lalu orang-orang berkata, Maha Suci Allah, Seekor serigala berbicara!'

 
Lalu beliau berkata;

"Sesungguhnya aku, Abu Bakar dan Umar percaya akan hal ini dan mereka berdua akan percaya sesuatu yang lebih (aneh) dari pada semua itu."  (HR Al-Bukhari).

   Terkadang saat berkhutbah dengan panjang lebar, atau memberikan nasihat yang sangat indah. Hal ini dalam rangka mengajari mereka dengan ungkapan yang begitu ringkas tapi padat.

   Sebagaimana yang diriwayatkan, dari Al-Irbadh bin Sariyah ra berkata, "Suatu hari Rasulullah saw mengimami kami Shalat Subuh, lalu beliau menghadap kepada kami memberi nasihat indah dan berharga sekali, sehingga air mata kami bercucuran, dan hati kami bergetar.

   Lalu ada salah seorang yang berkata, 'Wahai Rasulullah saw, seolah-olah ini adalah nasihat perpisahan , maka apa pesan Anda kepada kami?'

Rasulullah saw bersabda :

"Aku wasiatkan kepada kalian untuk bertakwa kepada Allah, mendengar dan taat, walaupun kepada seorang budak dari Habasyah. Sesungguhnya barang siapa di antara  kalian yang hidup setelahku akan melihat perselisihan yang banyak, maka berpeganglah pada sunnahku, dan sunnah Khulafa'urrasyidin yang mendapat petunjuk. Peganglah ia, dan gigit erat dengan gerahammu, dan jauhilah segala yang pembaharuan (dalam ibadah), karena sesuatu yang baru adalah bid'ah dan semua bid'ah adalah sesat."
(HR. At-Tirmidzi, Abu Dawud, Ibnu Majah, Ahmad dan Ad-Darimi).

     Semua kisah-kisah tadi menunjukan bahwa Rasulullah saw senantiasa beramah tamah dengan sahabatnya selepas  Shalat Subuh dalam rangka membimbing, mendidik dan menjelaskan ajaran-ajaran agama kepada mereka.

   Tentunya ini semua menjadi faktor pendorong bagi siapa saja yang dalam hatinya muncul keraguan, agar tidak tertinggal dalam melaksanakan Shalat Subuh.

  • Latihan Harian Bagi Ruhani

    Rasulullah saw selalu menganjurkan untuk tetap tinggal di dalam masjid setelah Shalat Subuh, hingga waktu terbit matahari. Waktu pagi, ibarat acara pelatihan peningkatan keimanan yang sangat agung, sebagai permulaan menapaki hari-hari bagi seorang mukmin.

    Sebagaimana yang telah kita sebutkan, bahwa Rasulullah saw, senantiasa memanjangkan bacaan Shalat Subuh lebih dari Shalat yang lain hingga 60-100 ayat, dan selepas Shalat kadang beliau memberikan pengajian yang ringan, atau beramah tamah mengajukan beberapa pertanyaan. Bahkan beliau menganjurkan mereka duduk berdzikir kepada Allah hingga matahari terbit.

Diriwayatkan dari Anas bin Malik ra, ia berkata bahwa Rasulullah saw bersabda :

"Barang siapa mengerjakan Shalat Subuh dengan berjamaah kemudian duduk berdzikir kepada Allah hingga tebit matahari, kemudian Shalat dua rekaat, maka baginya seperti pahala haji dan umrah yang ditunaikan dengan sempurna..... dengan sempurna..... dengan sempurna! (HR At-Tirmidzi).

    Begitu juga hadits yang diriwayatkan Jabir bin Samurah ra, "Apabila Nabi saw telah melaksanakan Shalat, beliau duduk bersila di tempatnya hingga matahari terbit dengan baik. (HR . Muslim)

Artinya, sampai terbit matahari secara sempurna.
 
    Selanjutnya ada banyak dzikir pagi yang senantiasa di baca Rasulullah saw. Beliau juga menganjurkan kepada  para sahabat agar membacanya setelah Subuh dan sebelum terbit matahari.

   Semua merupakan dzikir yang begitu besar nilainya, penuh kesyukuran, pujian, istighfar, tasbih dan berserah diri kepada Allah. Inilah permulaan hari  yang sangat indah.Dalam sebuah hadits riwayat Abdullah bin Ghannam Al-Bayadi ra, disebutkan bahwa rasulullah saw bersabda, "Barang siapa yang di pagi  hari mengucapkan :

Allahumma ma asbaha bi ni'matun faminka wahdaka la syarika laka falakal hamduwalakas syukru : Ya Allah seluruh nikmat yang ada pada diriku hanyalah dari-Mu. Tiada sekutu bagi-Mu. Bagi-Mu segala puji dan ungkapan syukur.

Sungguh ia telah menunaikan rasa syukurnya dalam siang harinya. Kemudian barang siapa yang mengatakan seperti itu juga di waktu sore, maka ia telah menunaikan rasa  syukurnya pada malam hari". (HR Abu  Dawud).

     Terdapat juga dalam sebuah riwayat dari Abi Sa'id Al-Kudri ra, yang menyebutkan :

    "Suatu hari Rasulullah saw masuk kedalam masjid. Ketika itu ada seorang laki-laki dari kaum Anshar yang di kenal dengan Abu Umamah, Rasulullah saw berkata kepadanya, "Wahai Abu Umamah, apa gerangan yang terjadi padamu sehingga engkau duduk di masjid di luar waktu Shalat?" Lalu dia menjawab, "Saya sedang dirundung kebingungan dan banyak hutang ya Rasulullah saw."

   Lalu beliau saw bersabda, "Maukah engkau kuajarkan suatu do'a yang jika engkau mengucapkannya, niscaya Allah akan menghilangkan rasa kebingunganmu dan membayar utangmu?" Abu Umamah menjawab, "Tentu" Beliau bersabda, "Ucapkanlah di pagi dan sore hari :

"Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepadamu dari dukacita dan kesedihan. Aku berlindung kepadamu dari kelemahan dan malas. Aku berlindung kepadamu dari takut dan bakhil. dan aku berlindung kepadamu dari hutang dan penindasan."


 Orang itu (Abu Umamah) berkata, "Lalu saya melaksanakan itu, kemudian Allah menghilangkan rasa bingung dan utang saya." (HR. Al-Bukhari, At-Tirmidzi, dan Abu Dawud. Lafal di atas merupakan lafal Abu Dawud).
Dalam riwayat Syaddad bin Aus, disebutkan bahwa Nabi saw, bersabda, Sayyidul Istighfar itu adalah :

"Ya Allah, Engkau adalah Rabbku. Tidak ada Ilah yang berhak di ibadahi selain Engkau. Aku adalah hamba-Mu. Terhadap janji pada-Mu, aku berusaha sekuat kemampuanku. Aku mengakui seluruh nikmat yang Kau berikan padaku, dan aku mengakui pula seluruh dosa yang ku kerjakan. Maka ampunilah aku. Sesungguhnya tak ada yang dapat mengampuni dosaku, selain Engkau. Aku berlindung kepada-Mu dari buruknya perbuatanku."

"Kalau seseorang mengucapkannya di sore hari, kemudian ia meninggal dunia, maka ia akan masuk surga atau menjadi penghuni surga. Demikian pula kalau seseorang melafalkannya di pagi hari, kemudian meninggal pada hari itu."
(HR Al-Bukhari dan yang lainnya)


     Dzikir pagi itu begitu banyak dan sangat indah. Bayangkanlah diri Anda mengerjakan rutinitas dzikir ini setiap hari. Lalu lihatlah bagimana kedudukan Anda di sisi Allah swt dan disisi manusia dalam berinteraksi dengan mereka. Ini merupakan awal yang bagus demi menapaki hari-hari Anda.

  • Penghapus Dosa Setengah Usia

    Rasulullah saw menjelaskan, Shalat merupakan penghapus dosa yang dilakukan antara Shalat ini dan Shalat sebelumnya.

Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra, bahwa Rasulullah saw bersabda :

"Shalat lima waktu, Jumat ke Jumat, dan Ramadhan ke Ramadhan adalah penghapus dosa di antara keduanya, apabila menjauhi dosa-dosa besar." (HR Muslim)

Pun demikian yang diriwayatkan Utsman bin Affan ra, bahwa ia mendengar Rasulullah saw bersabda ;

"Seorang muslim pun yang apabila datang waktu Shalat wajib, menyempurnakan wudhu, kekhusukan, dan rukuknya, maka perbuatannya tersebut menjadi penghapus dosa-dosa yang telah lalu, selama ia tidak melakukan dosa besar, dan itu sepanjang masa." (HR Muslim)

     Subhanallah ! Inilah rahmat yang besar dari Rabb semesta alam.

   Coba perhatikan, masa antara Shalat Isya' dan Shalat Subuh adalah waktu terlama dibanding antara Shalat-Shalat yang lainnya, yaitu secara keseluruhan.

   Dengan demikian Shalat Subuh menjadi penghapus dosa setengah hari, dan Shalat-Shalat yang lain menjadi penghapus separuh harinya lagi. Itu berarti Shalat Subuh menjadi penghapus setengah umur bagi yang selalu mengerjakannya, dan Shalat-Shalat yang lain penghapus separuh umurnya lagi. Itu akan terjadi bila ia menjauhi dosa-dosa besar. Keutamaan yang sangat besar dan tidak bisa di ukur.

  • Berkah di Tiap Langkah

   Rasulullah saw menarik perhatian para sahabat dan perhatian kita, dengan pernyataannya bahwa keberkahan itu ada di waktu pagi. Jam-jam pertama di pagi hari (setelah Shalat Subuh) merupakan waktu yang paling barakah dalam satu hari penuh. Tak ada seorangpun yang bisa memanfaatkannya kecuali orang-orang yang bangun di pagi buta, dan Shalat Subuh.  Kemudian ia memulai harinya dengan menggunakan waktu sejak awal.

Diriwayatkan dari Shakhr Al-Ghamidi ra, ia berkata bahwa Rasulullah saw bersabda :  

"Ya Allah berkatilah umatku di waktu pagi." (HR At-Tirmidzi, Abu Dawud, Ahmad, dan Ibnu Majah).

   Berkah Allah ada dalam segala hal. Mulai dari pekerjaan, perdagangan, bercocok tanam, membaca, musafir dan berjihad di jalan Allah. Rasulullah saw sebagaimana yang diriwayatkan  Shakhr Al-Ghamidi ra, selalu mengutus pasukannya di pagi hari.

   Sebagai seorang pedagang, Shakhr pun memegang nasihat ini. Ia selalu berangkat (atau mengutus seseorang untuk) membawa dagangannya  di pagi hari dan  dia selalu beruntung, hingga hartanya menjadi melimpah. Bahkan Imam Ahmad menyebutkan, saking banyak hartanya, sehingga Shakhr pun tak tahu lagi dimana harus menyimpan harta tersebut.

    Imam Tirmidzi meriwayatkan dari Nu'man bin Muqrin ra, bahwa di waktu fajar, Rasulullah saw menunggu matahari terbit, sebelum menginstruksikan pasukannya maju bertempur.

    Beliau bersabda, bahwa pada waktu seperti itu , bertiuplah angin kemenangan, dan orang-orang mukmin berdo'a dalam Shalat memohon kemenangan bagi tentara mereka.

Anas bin Malik ra meriwayatkan : "Pada waktu perang badar Rasulullah saw Shalat Subuh diawal Fajar, posisi beliau saat itu sangat dekat dengan musuh, lalu beliau memerangi mereka." Beliau berkata. 'Allahu Akbar, hancurlah Khaibar, hancurlah Khaibar'. Sungguh, ketika kami turun pada perumahan mereka, maka dengan mudah dihancurkan."  (HR An-Nasa'i).

    Ternyata, keberkahan, kelebihan, dan kemenangan itu semua terjadi di pagi hari.

    Namun, apa yang terjadi jika umat manusia enggan bangun di saat-saat penuh berkah ini ?

    Apa yang terjadi ketika mereka lalai, terlena, dan masa bodoh dengan kesempatan yang sangat agung ini ?

    Apa yang terjadi jika mereka tidak mengindahkan peringatan-peringatan Rasulullah saw ? Apa yang akan terjadi tatkala manusia memulai harinya justru setelah semua kebaikan ini berlalu.

Perhatikan baik-baik hadits Rasulullah saw yang diriwayatkan dari Abu Hurairah ra :

"Setan melilit leher seorang diantara kalian dengan tiga lilitan ketika kalian tidur. Dengan setiap lilitan setan membisikan, 'Nikmatilah malam yang panjang ini''. Apabila ia bangun lalu mengingat Allah, maka terlepaslah lilitan itu. Apabila ia berwudhu, lepaslah lilitan yang kedua. Kemudian apabila ia Shalat, lepaslah lilitan yang ketiga, sehingga ia menjadi bersemangat. Tetapi kalau tidak, ia akan terbawa lamban dan malas." (HR. Al-Bukhari dan Muslim).

    Akan tetapi perlu diketahui, hadits ini disebutkan dalam momen keutamaan Shalat malam, bukan Shalat Subuh. Artinya jika ia tidak bangun sebelum Subuh untuk Shalat dua rekaat, dia akan merasa kurang dan malas. Lalu bagaimana halnya dengan orang yang tidur di waktu Shalat wajib?

    Apakah kemalasan lebih kita inginkan atau hidup ini akan kita isi dengan penuh semangat? Dahulu bisa jadi kita masih melihat orang-orang  pergi bekerja di pagi buta, tak pandang bulu, entah itu petani, pedagang dan karyawan. Kemudian setelah bertebaran televisi, video, saluran-saluran TV bebas, klub, dan kafe-kafe, kini apa yang terjadi?

    Apa akibat dari begadang, terlambat bangun dan sia-sianya saat-saat berharga di waktu Subuh? Waktu yang penuh berkah telah pergi begitu saja, pendapatan semakin sedikit, dan krisis ekonomi semakin parah.

   Tidak ada sarana lain demi mengembalikan keberkahan itu kecuali kembali kepada syariat secara sempurna dan memperhatikannya secara rinci. Akhirnya kita harus memanfaatkan waktu semaksimal mungkin dari Subuh hingga waktu tidur. Kita memohon kepada Allah untuk memberikan taufik-Nya kepada umat Islam.