Sunday, September 16, 2012

Shalat Subuh Sebuah Ujian

"Sesungguhnya shalat yang paling berat bagi orang munafik adalah shalat Isya' dan shalat Subuh. Sekiranya mereka mengetahui apa yang terkandung di dalamnya, niscaya mereka akan mendatangi keduanya sekalipun dengan merangkak." 

Memang betapa mudahnya lidah mengatakan kalimat “islam”, namun alangkah sulitnya menancapkan “iman” di dalam hati manusia.


"Orang-orang Arab Badui itu berkata, "kami telah beriman." katakanlah (kepada mereka), kamu belum beriman, tetapi katakanlah 'kami telah tunduk,'karna iman itu belum masuk ke dalam hatimu. Jika kamu taat kepada Allah  dan Rasul-Nya, Dia tidak akan mengurangi sedikitpun (pahala) amalanmu. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.'." (QS Al-Hujarat :14)

      Kebanyakan ungkapan lidah tidak sesuai dengan keyakinan hati. Begitu juga, beribu ungkapan lidah tidak sesuai dengan keyakinan hati. Begitu juga, beribu ungkapan lisan tidak sesuai dengan amal perbuatan. Mukmin yang benar dan jujur adalah yang sesuai antara perkataan dan perbuatannya. Sedangkan orang munafik, secara lahiriah kelihatan bagus dan bersih, namun hatinya keras bagaikan batu atau bahkan lebih keras lagi.

       Allah swt mengetahui apa-apa yang ada di dalam hati. Mengetahui mata yang tidak jujur dan segala yang tersembunyi dalam dada. Mengetahui yang munafik dari yang mukmin, serta mengetahui yang dusta dari yang jujur. Namun terserah pada kehendak-Nya untuk memberikan ujian-ujian tertentu, guna mengetahui rahasia hati yang tersembunyi dalam jiwa, serta menunjukkan siapa yang hanya berbicara tanpa melaksanakan apa yang ia katakan, atau meyakini sesuatu, namun tidak merealisasikannya.

    Tujuan ditampakkannya rahasia hati itu karena Allah swt ingin menegakkan hujjah (alasan) atas manusia, agar di hari kiamat nanti tidak ada seorang pun yang merasa terzalimi dan teraniaya. Mereka diberi ujian, akan tetapi sebagian besar gagal dalam ujian tersebut. Lebih dari pada itu, melalui ujian, Allah ingin membersihkan barisan orang-orang mukmin dari orang-orang munafik, sebagai rahmat dari Allah bagi orang-orang mukmin. Karena, bercampurnya orang mukmin dengan orang munafik akan melemahkan barisan, menyebabkan kegoncangan, dan mengakibatkan kekalahan serta kehancuran.

Allah SWT berfirman perihal orang-orang munafik :

      "Jika mereka berangkat bersama-sama kamu, niscaya mereka tidak menambah kamu selain dari kerusakan belaka. Tentu mereka bergegas-gegas maju ke muka di celah-celah barisanmu, untuk mengadakan kekacauan di antaramu; Sedang diantara kamu ada yang amat suka mendengarkan perkataan mereka. Dan Allah mengetahui orang-orang yang zalim".(QS At-Taubah : 47)

      Jadi, rahmat Allah swt yang dikaruniakan kepada orang mukmin mengharuskan adanya ujian. Untuk ini untuk membedakan antara mukmin dan munafik, antara yang jujur dan yang dusta.

      Ujian merupakan sunnah ilahiyah yang berlaku sejak zaman dahulu. Allah swt menjadikan ujian sebagai standar bagi semua manusia tanpa kecuali, semenjak diciptakan Adam as sehingga hari kiamat kelak.

Allah berfirman dalam kitab-Nya :

     "Alif lam mim. Apakah manusia mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka tidak di uji lagi ? Dan sesungguhnya kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya dia mengetahui orang-orang yang dusta.(QS Al-Ankabut: 1-3).

Karakteristik Ujian

      Ujian memiliki ciri-ciri khusus

     Pertama, ujian harus sulit.sebab, kalau ujian tidak sulit, atau bahkan sangat mudah, maka semuanya akan lulus, baik mukmin maupun munafik. Akhirnya ujian tidak bisa membedakan antara mukmin dan munafik.

    Kedua, ujian tersebut bukanlah sesuatu yang mustahil. Sebab, kalau ujian tersebut mustahil dilakukan, maka kedua-duanya akan gagal, baik mukmin maupun munafik.

    Ketiga, ujian ini harus seimbang. Artinya, sulit bagi munafik untuk lulus dalam  ujian itu. Namun bukan berarti pula mustahil di lakukan. Sehingga, terbuka kesempatan bagi mukmin untuk lulus dalam ujian tersebut.

    Ujian Allah SWT untuk hamba-Nya tidak sedikit jumlahnya, dan berlaku terus menerus sejak manusia mendapat beban syariat, sampai datangnya kematian.

    Jihad di jalan Allah merupakan ujian. Bahkan jihad merupakan ujian yang sangat berat, namun bukan mustahil di lakukan. Sebab, orang-orang mukmin bisa lulus dalam ujian ini. Sedangkan orang-orang  munafik, tidak akan lulus.

     Infak  di jalan Allah adalah ujian. Ujian ini sulit, tetapi bukan sesuatu yang mustahil. Orang mukmin mampu melaksanakannya. Sedangkan orang munafik, tidak akan mampu.

      Begitu pula bersikap baik terhadap sesama manusia juga ujian; menahan amarah juga ujian; ridha dengan hukum Allah juga ujian; berbuat baik kepada orang  tua juga ujian. Demikian seterusnya....hingga seluruh aspek kehidupan menurut sudut pandang ini adalah ujian.

Allah swt berfirman :

"Dialah yang menjadikan mati dan hidup, agar Dia menguji siapakah di antara kamu yang lebih/paling baik amalnya. Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun."  (Q.S. Al-Mulk : 2)

    Ujian memiliki variasi tingkat kesulitan. Seorang mukmin harus lulus dalam semua ujian itu untuk membuktikan kebenaran imannya, dan untuk menyelaraskan antara lisan dan hatinya.

Ujian yang Berat

       Inilah ujian yang sesungguhnya. Ujian yang sulit, namun bukan satu hal yang mustahil. Nilai tertinggi dalam ujian ini bagi seorang laki-laki adalah Shalat Subuh secara rutin berjamaah di masjid. Sedangkan bagi perempuan, Shalat Subuh tepat pada waktunya di rumah. Manusia dianggap gagal dalam ujian penting ini, mana kala mereka Shalat tidak tepat waktu,sesuai yang telah di tetapkan oleh Allah swt.

      Beragam sikap manusia dalam menunaikan Shalat wajib. Ada yang mengerjakan sebagian besar Shalatnya di masjid, namun meninggalkan sebagian yang lain. Ada pula yang melaksanakan Shalat sebelum habis waktunya, namun dikerjakan di rumah. Dan ada pula sebagian orang yang baru mengerjakan Shalat setelah lewat batas waktunya.

        Yang terbaik di antara mereka adalah  yang  mengerjakan Shalat wajib secara berjamaah di masjid pada awal waktu.

         Rasulullah saw  telah membuat klasifikasi yang beliau jadikan sebagai tolak ukur untuk membedakan antara orang mukmin dengan orang munafik. Diriwayatkan dari Abu Hurairah "Rodiallahu 'Anhu", ia berkata bahwa Rasulullah saw bersabda yang artinya :

"Sesungguhnya shalat yang paling berat bagi orang munafik adalah shalat Isya' dan shalat Subuh. Sekiranya mereka mengetahui apa yang terkandung di dalamnya, niscaya mereka  akan mendatangi  keduanya sekalipun dengan merangkak. Sungguh, aku ingin menyuruh  melaksanakan shalat, lalu shalat itu di tegakkan, kemudian aku perintahkan  seseorang untuk mengimami shalat bersama orang-orang. Kemudian beberapa lelaki  berangkat bersamaku dengan membawa kayu yang terikat, mendatangi suatu kaum yang tidak menghadiri shalat berjamaah, sehingga aku bakar rumah mereka." (HR Al-Bukhari dan Muslim).

      Coba anda bayangkan. Betapa agung permasalahan ini dan betapa besar kejahatan dalam persoalan ini, sampai-sampai Rasulullah saw pemimpin yang dikenal dengan segenap kasih sayang dan kelembutan terhadap umatnya hendak membakar rumah-rumah mereka.

      Namun, saya melihat pancaran kasih sayang dan kelembutan dalam kalimah tersebut. Dengan ungkapan lain, beliau sebenarnya ingin menyelamatkan umatnya dari api akhirat, dengan menakut-nakuti mereka dengan api dunia. Meski antara api akhirat dan api dunia sungguh begitu jauh perbedaannya.

     Apabila Rasulullah saw meragukan keimanan seseorang, beliau akan menelitinya pada saat Shalat Subuh. Apabila beliau tidak mendapati orang tadi Shalat Subuh, maka benarlah apa yang beliau ragukan dalam hati. 

     Ubai bin ka'ab r.a. berkata, "Suatu ketika saat Rasulullah saw Shalat Subuh, beliau bertanya, 'Apakah kalian menyaksikan bahwa si Fulan Shalat?' Mereka menjawab, Tidak.' Beliau berkata lagi, 'Si Fulan?' Mereka menjawab, 'Tidak.' Maka, beliaupun bersabda :

"Sesungguhnya dua Shalat ini (Subuh dan Isya') adalah shalat yang berat bagi orang munafik. Sesungguhnya, apabila mereka mengetahui apa yang ada di dalam  shalat subuh dan shalat isya', maka mereka akan mendatanginya, sekalipun dengan merangkak." (HR Ahmad dan An-Nasa'i).

     Orang munafik tidak tahu kebaikan yang terkandung dalam Shalat Subuh berjamaah di masjid. Sekiranya mereka mengetahui kebaikan yang ada di dalamnya, niscaya mereka akan pergi ke masjid, bagaimanapun kondisinya, sebagaimana sabda Rasulullah saw : "Maka mereka akan mendatanginya, sekalipun dengan merangkak."

     Saya berharap Anda membayangkan ketika ada seorang laki-laki yang tidak mampu berjalan, tidak ada orang yang membantunya bergerak. Dalam kondisi yang sedemikian rupa, ia bersikeras untuk mendatangi masjid. Ia merangkak dan merayap di atas tanah untuk mendapatkan kebaikan yang terkandung dalam Shalat Subuh berjamaah. Sekiranya kita mengetahui betapa besar nilai shalat ini, kemudian kita saksikan ada orang yang meninggalkan Shalat Subuh berjamaah di masjid, maka kita akan mengetahui betapa besar musibah yang menimpanya.

     Tentu saja kata-kata saya ini bukan untuk menuduh orang-orang yang tidak menegakan Shalat Subuh di masjid pada masa sekarang dengan sebutan munafik. Saya bukanlah orang yang memiliki otoritas untuk menghukumi orang lain dengan sebutan ini. Allah Maha  Tahu akan kondisi setiap orang muslim. Namun, saya mengungkapkan hal ini agar kita mau mengoreksi diri, orang-orang yang kita cintai, anak-anak, serta sahabat-sahabat kita.

      Kalau seseorang meninggalkan Shalat ini dengan sengaja, maka kesengajaan tersebut adalah bukti nyata dari sifat kemunafikan. Barang siapa ada pada dirinya sifat ini, hendaklah ia segera bermuhasabah (introspeksi diri). Sungguh, di khawatirkan su'ul khatimah (akhir hayat yang buruk) akan menimpanya. Oleh sebab itu, mari kita memohon kepada Allah  agar mengaruniai kita dan segenap kaum muslimin kesehatan,  keselamatan, dan husnul khatimah (kesudahan hidup yang baik).

1 comment:

  1. "Sesungguhnya dua Shalat ini (Subuh dan Isya') adalah shalat yang berat bagi orang munafik. Sesungguhnya, apabila mereka mengetahui apa yang ada di dalam shalat subuh dan shalat isya', maka mereka akan mendatanginya, sekalipun dengan merangkak." (HR Ahmad dan An-Nasa'i).

    Orang munafik tidak tahu kebaikan yang terkandung dalam Shalat Subuh berjamaah di masjid. Sekiranya mereka mengetahui kebaikan yang ada di dalamnya, niscaya mereka akan pergi ke masjid, bagaimanapun kondisinya, sebagaimana sabda Rasulullah saw : "Maka mereka akan mendatanginya, sekalipun dengan merangkak."

    ReplyDelete